Jumat, 09 November 2012

Psikologi


 Psikologi

Psikologi adalah konsep dasar kebutuhan manusia baik dia dalam kandungan, balita, remaja, maupun manula. Karena factor psikologi adalah factor pembangun kejiwaan untuk makhluk hidup (manusia).

Dalam bab ini kami membahas konsep psikologi dalam maasa anak prasekolah dimana pada masa ini anak-anak tersebut akan cepat tanggap dalam meniru ucapan dan tingkah laku orang-orang disekitarnya, maka dari hal tersebut sebaiknya bagi kita harusnya mencontohkan hal-hal yang baik-bagi mereka guna membentuk karakter yang baik pula yang sesuai dengan aturan-aturan, norma agama yang berlaku dilingkungannya tersebut.
Dengan berdasarkan pasal 28 bab X, Ayat 3 yang berbunyi :
“Setiap anak berhak mendapatkan kelangsungan hidup, tumbuh kembang serta menndapatkan pendidikan dan perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi”, atas dasar tersebut maka si anak berhak mendapatkan hak asasinya sebagai makhluk hidup semestinya.




Masa Usia Prasekolah


Menurut Thonthowi (1991:84-87) dan Suryabrata (1982:23-26) masa usia prasekolah yakni dari lahir sampai kira-kira umur enam tahun yang dapat diperinci menjadi:

Masa Vital
Masa vital ini dimulai dengan kelahiran si anak. Pada masa ini individu menggunakan fungsi-fungsi biologisnya untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya: jadi, untuk belajar. Freud menamakan tahun pertama dalam kehidupan anak sebagai sumber keenakan dan ketidakenakan. Pendapat itu beralasan pada kenyataan bahwa pada masa ini mulut memainkan peranan terpenting dalam kehidupan individu. Anak memasukkan apa saja yang dijumpainya ke dalam mulutnya bukan karena mulut merupakan sumber kenikmatan utama, tetapi karena pada saat ini mulut merupakan alat untuk melakukan eksplorasi dan belajar.
Pada tahun kedua anak telah berjalan. Mula-mula ruang tempat dia berada, lalu ruang dekat, dan selanjutnya ruang yang jauh. Juga pada tahun kedua pada umumnya anak mulai diperkenalkan pada kebersihan. Melalui pelatihan tentang kebersihan itu, anak belajar mengendalikan impuls-impuls yang datang dari dalam dirinya. Anak sudah lebih dinamis. Dia sudah lebih menguasai fungsi-fungsi badannya. Bagi para orang tua, saat-saat ini adalah saat yang paling sulit karena anak sudah tambah luas gerak dan perhatianya pada benda-benda disekitarnya. 

Masa Estetik
Biasanya masa estetik dianggap sebagai masa perkembangan rasa keindahan. Pada masa ini, si anak sudah menggunakan pancaindranya dalam eksplorasi dan belajar. Oleh karena itu, permainan yang bertujuan untuk melatih panca indera baik dilakukan pada masa ini. Selain itu, pada masa ini juga muncul gejala kenakalan. Anak sering menentang kehendak orang tua, dengan sengaja melanggar apa yang dilarang dan tidak melakukan apa yang harus untuk dilakukan yang tujuannya untuk menarik perhatian. Masa ini dilukiskan sebagai demam menghendaki. Untuk itu, orang dewasa dalam menghadapi anak yang sedang mengalami masa kegoncangan ini, sikap yang paling bijaksana yakni tidak memanjakannya.
Dalam penelitian ini, yang akan diamati ialah anak prasekolah yang berumur 4;0 sampai 6;0 tahun. Pada umur tersebut, pengamatan anak sudah mulai pesat berkembang. Dengan dominannya perkembangan pengamatan anak pada usia ini, maka pengenalan terhadap alam sekitar semakin luas dan terarah. Anak akan suka mendengarkan lagu-lagu anak, gerak-gerik, benda-benda, gambar-gambar dan cerita anak-anak.

Sumber:
Suryabrata, Sumadi. 1982. Perkembangan Individu. Jakarta: Rajawali.
Thonthowi, Ahmad. 1991. Psikologi Pendidikan. Bandung: Angkasa.

Pertumbuhan Fisik
Penampilan maupun gerak gerik anak usia prasekolah mudah dibedakan dengan anak yang berada dalam tahapan sebelumnya. a) Anak prasekolah umumnya aktif. Mereka telah memiliki penguasaan atau kontrol terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri. b) Setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan istirahat yang cukup, seringkali anak tidak menyadari bahwa mereka harus beristirahat cukup. Jadwal aktivitas yang tenang diperlukan anak. c) Otot-otot besar pada anak prasekolah lebih berkembang dari kontrol terhadap jari dan tangan. Oleh karena itu biasanya anak belum terampil, belum bisa melakukan kegiatan yang rumit, seperti mengikat tali sepatu. d) Anak masih sering mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan pandangannya pada obyek-obyek yang kecil ukurannya, itulah sebabnya koordinasi tangan masih kurang sempurna. e) Walaupun tubuh anak lentur, tetapi tengkorak kepala yang melindungi otak masih lunak (soft).
Perkembangan Motorik
Di usia prasekolah, gerakan tangan anak (handstroke) sudah pada taraf membuat pola (pattern making). Ini tingkat paling sulit karena anak harus membuat bangun/bentuk sendiri. Jadi, betul-betul dituntut hanya mengandalkan imajinasinya. Sedangkan pada keterampilan motorik kasar, anak usia prasekolah sudah mampu menggerakkan seluruh anggota tubuhnya untuk melakukan gerakan-gerakan seperti berlari, memanjat, naik-turun tangga, melempar bola, bahkan melakukan dua gerakan sekaligus seperti melompat sambil melempar bola.
Perkembangan Kreativitas
Kreativitas imajiner (orang, benda, atau binatang yang diciptakan anak dalam khayalannya) dan animasi (kecenderungan mengganggap benda mati sebagai benda hidup) yang merupakan kreativitas awal di masa batita sudah mulai ditinggalkan. Sebagai gantinya, anak prasekolah cenderung melakukan dusta putih (white lie) atau membual. Tujuannya bukan untuk menipu orang lain, tapi karena ia merasa yakin hal itu benar. Ia ingin bualannya didengar. Perlu diketahui, pada masa prasekolah, anak sudah mulai menunjukkan ego dan otoritasnya. Misal, ia melihat seekor naga hitam melintas di depan rumah. Anak ini merasa yakin dan ingin orang lain juga turut meyakininya.
Kelak, sejalan dengan pertambahan usianya dimana anak mulai membedakan antara khayalan dan kenyataan, kebiasaan membual mulai hilang. Sebaliknya, orang dewasa juga jangan membiarkan anak untuk terus-terusan membual berlebihan. Sebab, bila hal ini dibiarkan, membual dan melebih-lebihkan yang dilakukan dengan tujuan mengesankan orang lain, malah berbuah menjadi kebohongan yang mungkin menjadi kebiasaan.
Perkembangan Emosi
Salah satu tolak ukur kepribadian yang baik adalah kematangan emosi. Semakin matang emosi seseorang, akan kian stabil pula kepribadiannya. Untuk anak usia prasekolah, kemampuan mengekspresikan diri bisa dimulai dengan mengajari anak mengungkapkan emosinya.
Jadi, anak prasekolah dapat diajarkan bersikap asertif, yaitu sikap untuk menjaga hak-haknya tanpa harus merugikan orang lain. Saat mainannya direbut, kondisikan agar anak melakukan pembelaan. Entah dengan ucapan, semisal, “Itu mainan saya. Ayo kembalikan!”, atau dengan mengambil kembali mainan tersebut tanpa membahayakan siapa pun.
Ciri Emosional Pada Anak Prasekolah : a) Anak TK cenderung mengekspreseikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia tersebut. b) Iri hati pada anak prasekolah sering terjadi, mereka seringkali memperebutkan perhatian guru.(Ananda 2010).
Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial, dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi. Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma- norma kehidupan bermasyarakat.
Usia prasekolah memberi kesempatan luas kepada anak untuk mengembangkan keterampilan sosialnya. Di usia inilah ia mulai melihat dunia lain di luar dunia rumah bersama ayah-ibu. Kemampuan bersosialisasi harus terus diasah. Sebab, seberapa jauh anak bisa meniti kesuksesannya, amat ditentukan oleh banyaknya relasi yang sudah dijalin. Banyaknya teman juga membuat anak tidak gampang stres karena ia bisa lebih leluasa memutuskan kepada siapa akan curhat.
Ciri Sosial Ciri Anak Prasekolah atau TK   a) Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat, tetapi sahabat ini cepat berganti, mereka umumnya dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau bermain dengan teman. Sahabat yang dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian berkembang sahabat dari jenis kelamin yang berbeda. b) Kelompok bermain cenderung kecil dan tidak terorganisasi secara baik, oleh karena kelompok tersebut cepat berganti-ganti. c) Anak lebih mudah seringkali bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar. Parten (1932) dalam social participation among preschool children melalui pengamatannya terhadap anak yang bermain bebas di sekolah, dapat membedakan beberapa tingkah laku sosial: a) Tingkah laku unoccupied. Anak tidak bermain dengan sesungguhnya. Ia mungkin berdiri di sekitar anak lain dan memandang temannya tanpa melakukan kegiatan apapun. b) Bermain soliter. Anak bermain sendiri dengan menggunakan alat permainan, berbeda dari apa yang dimainkan oleh teman yang berada di dekatnya, mereka berusaha untuk tidak saling berbicara. c) Tingkah laku onlooker anak menghasilkan tingkah laku dengan mengamati. Kadang memberi komentar tentang apa yang dimainkan anak lain, tetapi tidak berusaha untuk bermain bersama. d) Bermain pararel. Anak-anak bermain dengan saling berdekatan, tetapi tidak sepenuhnya bermain bersama dengan anak lain, mereka menggunakan alat mainan yang sama, berdekatan tetapi dengan cara tidak saling bergantung. e) Bermain asosiatif. Anak bermain dengan anak lain tanpa organisasi. Tidak ada peran tertentu, masing-masing anak bermain dengan caranya sendiri-sendiri. f) Bermain Kooperatif. Anak bermain dalam kelompok di mana ada organisasi. Ada pemimpinannya, masing-masing anak melakukan kegiatan bermain dalam kegiatan, misalnya main toko-tokoan, atau perang-perangan.
Perkembangan Moral
Kemampuan sosialisasi yang berkembang membawa anak usia prasekolah masuk ke dalam berbagai kelompok baru di luar rumah, yaitu sekolah dan lingkungan sekitarnya. Sebagai bagian dari kelompok, anak prasekolah belajar mematuhi aturan kelompok dan menyadari konsekuensinya bila tidak mengikuti aturan tersebut.
Anak usia prasekolah belajar perilaku moral lewat peniruan. Itulah sebabnya, orang-orang dewasa harus menghindari melakukan hal-hal yang buruk, semisal bicara kasar, memukul, mencela, dan lain-lainnya di depan anak.
Sosialisasi juga membawa anak pada risiko konflik, terutama dengan teman sebaya. Oleh karenanya, kemampuan memecahkan konflik merupakan modal yang harus dimiliki anak. Semakin baik kemampuannya dalam hal ini, maka kepribadiannya akan semakin stabil. Anak yang pandai mengatasi konflik umumnya akan mudah pula mengatasi masalah dalam hidupnya, entah di sekolah, di rumah, ataupun kelak di tempat bekerja.
Perkembangan Kognitif
Ciri Kognitif Anak Prasekolah atau TK a) Anak prasekolah umumnya terampil dalam berbahasa. Sebagian dari mereka senang berbicara, khususnya dalam kelompoknya, sebaiknya anak diberi kesempatan untuk berbicara, sebagian dari mereka dilatih untuk menjadi pendengar yang baik. b) Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat, kesempatan, mengagumi dan kasih sayang. Ainsworth dan Wittig (1972) serta Shite dan Wittig (1973) menjelaskan cara mengembangkan agar anak dapat berkembang menjadi kompeten dengan cara sebagai berikut: a) Lakukan interaksi sesering mungkin dan bervariasi dengan anak. b) Tunjukkan minat terhadap apa yang dilakukan dan dikatakan anak. c) Berikan kesempatan kepada anak untuk meneliti dan mendapatkan kesempatan dalam banyak hal. c) Berikan kesempatan dan dorongan maka untuk melakukan berbagai kegiatan secara mandiri. e) Doronglah anak agar mau mencoba mendapatkan ketrampilan dalam berbagai tingkah laku. f) Tentukan batas-batas tingkah laku yang diperbolehkan oleh lingkungannya. g) Kagumilah apa yang dilakukan anak. h) Sebaiknya apabila berkomunikasi dengan anak, lakukan dengan hangat dan dengan ketulusan hati.
Keterampilan Gender
Anak prasekolah sudah mampu membedakan pria dan wanita yang dilihat dari penampilan yang berbeda, pakaian yang berbeda dan rambut yang berbeda. Beberapa anak juga mulai memahami organ-organ tubuh yang berbeda pada pria dan wanita karena orang tua mereka mulai memperkenalkannya, entah lewat pengamatan langsung atau lewat buku-buku. Tetapi tidak semua anak di usia ini punya keterampilan membedakan melalui anatomi fisik/organ intim karena beberapa orang tua masih enggan membicarakan soal peran seks pada anak mereka di usia prasekolah.  (Santi Hartono, 2010)
Stimulasi Perkembangan Anak Usia 4-5 Tahun
Kemampuan dan tumbuh kembang anak perlu dirangsang oleh orang tua agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan sesuai umurnya. Stimulasi adalah perangsangan (penglihatan, bicara, pendengaran, perabaan) yang datang dari lingkungan anak. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang bahkan tidak mendapat stimulasi (Kania 2010).
Stimulasi yang diperlukan anak usia 4-5 tahun adalah :
  1. Gerakan kasar, dilakukan dengan member kesempatan anak melakukan permainan yang melakukan ketangkasan dan kelincahan
  2. Gerakan halus, dirangsang misalnya dengan membantu anak belajar menggambar
  3. Bicara bahasa dan kecerdasan, misalnya dengan membantu anak mengerti satu separuh dengan cara membagikan kue
  4. Bergaul dan mandiri dengan melatih anak untuk mandiri, misalnya bermain ke tetangga. (Suherman, 2000)








MENGENAL ANAK USIA 3-6 TAHUN
Emosi anak-anak prasekolah diungkapkan secara bebas. Dalam usia 3 tahun, anak-anak mengalami banyak rasa takut -- terhadap binatang, monster dan mungkin juga terhadap "serigala besar yang jahat". Karena mereka memunyai kesulitan untuk membedakan antara fakta dengan khayalan, mereka perlu diyakinkan berulang-ulang oleh orang tua mereka. Anak usia prasekolah juga sering merasa khawatir, iri hati, ingin tahu, senang, dan sayang.
Orang tua seharusnya memperkenalkan anak-anak prasekolah dengan anak-anak seusianya. Dalam usia 3 tahun, anak-anak jarang berinteraksi dengan anak-anak lain yang bermain di ruangan yang sama. Namun, permainan paralel semacam itu akan segera berakhir ketika anak-anak mulai berinteraksi. Akhirnya, anak-anak prasekolah tidak terlalu berpusat pada diri sendiri lagi dan belajar untuk merasa empati pada orang lain. Pada tahap ini, sebuah taman kanak-kanak dengan staf pengajar yang bagus bisa memberi fasilitas untuk perkembangan sosial. Selama 2 atau 3 hari seminggu jauh dari ibunya akan berakibat positif bagi anak-anak dan memberi kesempatan kepada ibu untuk beristirahat. Collins (1971, 50) menyatakan bahwa permainan pada masa anak-anak memberi kesempatan untuk menyalurkan energi; memberikan stimulasi yang diperlukan; membantu anak-anak mengembangkan keterampilan motorik; dan memampukan anak-anak untuk memerankan dan belajar memahami peranan orang dewasa. Antara usia 3 sampai 6 tahun, anak-anak menambah ribuan kata dalam kosakata mereka dan mulai bernalar dengan konkret. Namun, mereka tetap hidup dalam dunia yang kecil. Mereka masih berpikir bahwa sebagian besar peristiwa pada satu segi berpusat pada mereka, dan bahwa hampir semua orang melihat sesuatu seperti cara mereka.
Selama masa-masa yang penting ini, anak-anak mengambil langkah besar untuk bersikap mandiri. Mereka belajar makan sendiri dan memotong-motong makanan mereka sendiri di piringnya. Mereka mulai berpakaian sendiri, biasanya dengan petunjuk orang tua tentang apa yang harus dipakai dan bukan tentang bagaimana memakainya. Mereka sudah terlatih menjaga kebersihan, menggunakan kamar mandi jika mereka membutuhkan, dan setelah itu membersihkan diri sendiri. Mereka tidak lagi terlalu bergantung pada ibu mereka secara sosial karena mereka mulai memunyai banyak teman.
Tahun-tahun prasekolah merupakan masa-masa ketika identitas seksual diteguhkan. Anak-anak membutuhkan orang tua yang sejenis untuk mengidentifikasikan diri dan menolong sebagai figur teladan. Waktu yang dihabiskan dengan anak-anak prasekolah harus kuantitatif dan kualitatif. Meskipun orang tua harus menghindari tugas-tugas peniruan, meminta anak laki-laki membantu ayah mereka mengerjakan tugas yang biasa dikerjakan kaum pria, dan anak perempuan membantu ibu mereka akan membantu proses identifikasi seksual.
Selama tahun-tahun ini, pada umumnya anak-anak melalui tahap pemikiran bahwa mereka akhirnya akan menggantikan orang tua dan menikah seperti orang tuanya. Orang tua harus memberikan kehangatan dan kasih sayang kepada anak laki-laki dan perempuan, tetapi mereka harus menghindari stimulasi yang berlebihan terhadap anak-anak prasekolah. Anak-anak yang lebih muda bisa saja akan terus mengikuti orang tua mereka ketika berpakaian, menggunakan toilet, atau mandi, dan bahkan tidur di tempat tidur yang sama. Orang tua harus dengan lembut tetapi tegas meminta mereka menghentikan kegiatan itu. Anak-anak prasekolah biasanya tidak akan terlalu keberatan, dan akan menuntut privasi mereka sendiri.
Masalah Umum Anak Masa Prasekolah
Kemarahan
Banyak anak prasekolah yang mengungkapkan kemarahan secara tiba-tiba. Dalam hal ini orang tua jangan memberikan apa yang diminta anak sebagai tanggapan terhadap kemarahannya itu, sebab hal itu akan dipandang anak sebagai pahala. orang tua harus mengabaikan kemarahan pertama anak. Jika usaha ini tidak berhasil untuk meredakan kemarahannya, orang tua perlu berbicara dengan tegas. Dalam beberapa kasus anak perlu dipukul.
Cacat
Sikap orang tua dan perkembangan anak secara umum bisa sangat dipengaruhi oleh kondisi cacat (Bentovim, 1972). Anak cacat bisa menjadi terlalu bergantung dan menarik diri. orang tua dan anggota keluarga lainnya yang merasa kasihan terhadap anak itu mungkin akan membiarkan anak itu bersikap begitu, tetapi hal itu akan menimbulkan masalah perilaku. Anak yang cacat harus didorong untuk sebisa mungkin mandiri, tanpa menyangkal kondisi cacatnya.
Kegemukan
Kegemukan menghancurkan citra diri anak dan membuatnya diejek teman-temannya, jadi orang tua harus mencegah masalah itu dengan risiko apa pun. Memberi anak terlalu banyak makanan, kemudian meminta mereka "untuk membersihkan piringnya" bisa menyebabkan kegemukan.
Mengompol
Masalah ini biasa untuk anak masa prasekolah, tetapi itu akan menjadi masalah besar jika masih berlanjut sampai masa sekolah. Kurang lebih 16 persen anak-anak kadang-kadang masih mengompol setelah berumur 5 tahun (Rae-Grant, Carr, dan Berman, 1983, 181). orang tua tidak boleh mengolok-olok anak yang masih mengompol; sebaliknya orang tua sebaiknya menyuruh anak itu untuk membersihkan tempat tidurnya setiap kali hal itu terjadi.
Buang Air Besar di Celana -- Enkopresis
Seperti halnya mengompol, hal ini juga merupakan hal yang normal untuk anak masa prasekolah. Jika hal ini terus berlanjut setelah umur 4 tahun, orang tua bisa melakukan konsultasi dengan ahli psikologi. Kadang-kadang, mengompol atau buang air besar di celana merupakan masalah medis yang bisa diobati dengan obat-obatan tertentu.


Menggigit Jari
Anak yang masih suka menggigit jari pada usia ini merupakan hal yang normal. Untuk menghilangkan kebiasaan ini, anak perlu ditawari hadiah; namun hukuman untuk hal ini tidak disarankan.
"Gerenyet"
Perilaku seperti gerakan tiba-tiba yang tidak pantas, seperti mengedipkan mata dan berdehem terus-menerus disebut gerenyet. Anak yang memiliki perilaku seperti ini mungkin memerlukan konseling karena perilaku ini biasanya disebabkan oleh konflik emosional yang mendasarinya. Gerenyet tersebut akan hilang dengan sendirinya jika konflik tersebut diselesaikan (Freedman, Kaplan, dan Saddrock, 1975, 1398-1399). Pengobatan mungkin juga dapat dipakai untuk mengatasi masalah itu sementara.
Gagap
Gagap pada anak prasekolah dipandang normal dan biasanya akan hilang saat anak itu berumur 6 tahun. Gagap biasanya disebabkan oleh ketidakmatangan neurologis. orang tua sebaiknya mengabaikan hal ini kecuali hal itu berlanjut sampai masa sekolah. Makin banyak diberi perhatian, masalah ini justru makin bertambah parah.
Rasa Takut dan Masalah Tidur
Rasa takut terhadap binatang sangat biasa selama usia ini dan tidak perlu terlalu dikhawatirkan. orang tua harus meyakinkan anak itu berulang-ulang. Mimpi buruk dan teror malam mungkin merupakan akibat konflik emosional. Dalam beberapa kasus, dibutuhkan pengobatan, terutama dengan teror malam di mana anak-anak berteriak dan meronta-ronta tetapi tidak bangun. Lampu malam mungkin bisa membantu. Anak-anak harus didorong untuk kembali ke kamar mereka lagi, dan jangan tidur di kamar orang tua. Mengigau merupakan hal yang biasa terjadi pada anak-anak kecil. Jika itu terjadi berulang kali, mungkin dibutuhkan pengobatan.
Depresi
Depresi merupakan hal yang biasa dialami setelah anak kehilangan orang tua atau benda yang dikasihi. Depresi sering kali muncul dalam bentuk penarikan diri, kesedihan yang berlarut-larut, dan peningkatan atau penurunan tingkat aktivitas yang mencolok. Mungkin dibutuhkan konseling; kadang-kadang obat antidepresan dengan dosis rendah bisa diberikan.
Stres
Sekolah minggu, pindah ke rumah yang baru, kunjungan ke dokter gigi atau ke dokter, atau kelahiran adik mungkin menyebabkan stres yang cukup berat bagi anak. Orang tua perlu mempersiapkan anak itu dengan membicarakan kejadian itu dengan jujur. Orang tua harus memberi tahu anak-anak jika akan mempekerjakan pengasuh untuk mengurangi stres anak.

PERKEMBANGAN KOGNITIF MASA AWAL ANAK-ANAK
Dunia kognitif masa anak anak prasekolah adalah kreatif, bebas, dan penuh imajinasi. Di dalam seni mereka, matahari kadang kadang berwarna hijau, dan langit berwarna kuning. Mobil mengambang di awan, dan manusia seperti kecebong. Imajinasi anak anak prasekolah terus bekerja, dan daya serap mental mereka tentang dunia semakin meningkat. Bahasan tentang perkembangan kognitif masa awal anak anak kali ini berfokus pada tahap pemikiran praoperasional piaget.
Pada tahap masa awal anak, seorang anak telah memasuki perkembangan kognitif tahap praoperasional. Menurut piaget, tahap ini terjadi pada usia anak mencapai 2 hingga 7 tahun. Pada tahap inilah konsep yang stabil dibentuk, penalaran mental muncul, egosentrisme mulai kuat dan kemudian melemah, serta keyakinan pada hal hal yang magis terbentuk.
Pemikiran praoperasional adalah awal kemampuan untuk merekonstruksi pada tingkat pemikiran apakah seorang anak dalam melakukan sesuatu. Pemikiran praoperasional juga mencakup peralihan penggunaan simbol dari yang primitif kepada yang lebih canggih. Pemikiran praoperasional dapat dibagi ke dalam dua subtahap: subtahap fungsi simbolis dan subtahap pemikiran intuitif.
Subtahap Fungsi Simbolis
Subtahap Fungsi Simbolis (symbolic function subtange) adalah subtahap pertama pemikiran praoperasional yang terjadi sekitar usia 2 hingga 4 tahun. Pada subtahap ini, anak anak mengembangkan kemampuan untuk membayangkan secara mental suatu objek yang tidak ada. Kemampuan untuk berpikir simbolis semacam ini disebut dengan fungsi simbolis dan kemampuan itu mengembangkan secara cepat dunia mental anak. Hal yang paling bisa diamati adalah anak kecil menggunakan desain corat coret untuk menggambarkan manusia, rumah, mobil, awan, dan lain lain.
Anak anak kecil tidak terlalu peduli dengan realitas, gambar gambar yang mereka buat penuh daya cipta. Matahari biru, langit kuning, dan mobil mengambang diawan, semua itu adalah dunia simbolis dan imajinatif mereka.
Egosentrisme (egocentrism) adalah suatu ciri pemikiran praoperasional yang menonjol. Egosentrisme adalah suatu ketidakmampuan untuk membedakan perspektif diri dengan perspektif oranglain. Anak belum memiliki kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan, dilihat dan dipikirkan oleh oranglain, ia lebih cenderung untuk melihat sesuatu dari sudut padang dirinya sendiri.
Animisme (animism) adalah bentuk lain pemikiran praoperasional. Animisme adalah keyakinan bahwa objek yang tidak bergerak memiliki suatu kehidupan dan dapat bertindak. Anak kecil dapat menunjukkan pemikiran animisme dengan mengatakan seperti: “Ma, pohon itu mendorong daunnya biar bergerak gerak agar daunya jatuh”. Anak kecil menggunakan animisme karena sulit membedakan kejadian kejadian yang tepat bagi penggunaan perspektif manusia dan buka manusia.
Namun sebagian developmentalis percaya bahwa animisme merupakan pengetahuan dan pemahaman yang kurang lengkap, bukan suatu pemahaman menetap tentang dunia. Perlu untuk menjelaskan lebih lanjut agar terbentuk pemahaman yang lebih lengkap tentang dunia.
Subtahap Pemikiran Intuitif
Subtahap pemikiran intuitif (intuitive thought substage) adalah subtahap kedua pemikiran praoperasional yang terjadi sekira usia 4 hingga 7 tahun. Pada tahap ini, anak anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin tahu jawaban atas semua bentuk pertanyaan.
Piaget menyebut pada periode waktu ini anak anak tampaknya begitu yakin tantang pengetahuan dan pemahaman mereka, tetapi belum begitu sadar bagaimana mereka tahu apa yang mereka ketahui itu. Lebih jelasnya mereka mengatakan mengetahui sesuatu, tetapi mengetahuinya dengan cara tidak menggunakan pemikiran rasional.
Centration terbukti paling jelas terjadi pada awal anak anak yang kekurangan pemahaman conservation. Conservation adalah suatu keyakinan akan keabadian atribut objek atau situasi tertentu terlepas dari perubahan yang bersifat dangkal. Seorang dewasa akan dapat membedakan dengan jelas jumlah suatu cairan (air) yang dipindah dari sebuah piring kedalam gelas dengan mengatakan jumlah cairan tetap sama. Tetapi tidak dengan anak kecil, sebaliknya mereka tertipu oleh tinggi cairan akibat tinggi gelas.
Karakteristik lain anak anak praperasional adalah mereka menanyakan serentetan pertanyaan. Pertanyaan pertanyaan anak yang paling awal tampak kira kira pada usia 3 tahun, dan pada usia 5 tahun mereka membuat pusing orang orang dewasa disekitarnya karena lelah menjawab pertanyaan pertanyaan ”mengapa” mereka.
Pertanyaan pertanyaan meraka menunjukkan akan perkembangan mental dan mencerminkan rasa ingin tahu intelektual mereka.Ppertanyaan pertanyaan ini menandai munculnya minat anak anak akan penalaran dan penggambaran kenapa sesuatu seperti itu. Seperti mengapa matahari bersinar, mengapa adik ada diperut ibu, mengapa ada orang di televisi, dan lain lain.
Dengan mengetahui dan membahas sejumlah karakteristik perkembangan kognitif anak pada tahap pemikiran praoperasional, diharapkan bisa membantu anda mengingat karakteristik ini untuk memahami bagaimana taraf berpikir anak pada usia awal anak anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar