Kaifiyat Pengurusan Jenazah
قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
مَنْ
شَهِدَ الْجَنَازَةَ حَتَّى يُصَلِّيَ فَلَهُ قِيرَاطٌ وَمَنْ شَهِدَ حَتَّى
تُدْفَنَ كَانَ لَهُ قِيرَاطَانِ قِيلَ وَمَا الْقِيرَاطَانِ قَالَ مِثْلُ
الْجَبَلَيْنِ الْعَظِيمَيْن. متفق عليه
Artinya:
Barang siapa yang menyaksikan jenazah serta turut
menyembahyangkan atasnya, akan diberi pahala satu qirat dan barang siapa yang
menyembahyangkan jenazah sehingga dikebumikan, maka padanya diberi dua qirat,
ditanyakan kepada Rasulullah apakah dua qirat itu ya Rasulullah?, Rasulullah
bersabda, yaitu (pahalanya) yang menyamai dua bukit yang besar (daripada
permata).Muttafaq Alaih dari Abi Hurairah
ORANG YANG MENGHADAPI
SAKARATUL MAUT
- Orang yang sakit, yang hampir menghembuskan nafasnya yang terakhir, hendaklah dihadapkan ke kiblat muka dan dadanya.
- Hendaklah diajarkan mengucap kalimah tauhid dengan jelas, dan jika ia mengucapkan kalimah (perkataan) yang lain, hendaklah diajarkan (talqin) lagi kalimah tauhid.
HAL-HAL
YANG
DILAKUKAN SESUDAH WAFAT
- Apabila diyakini telah meninggal, hendaklah ditutup matanya, diikat dagunya supaya jangan terbuka mulutnya, dilembutkan sendi-sendinya dengan minyak, ditutup seluruh badannya dengan kain dan diletakkan di tempat yang baik.
- Hendaklah keluarga mayit berusaha membayarkan hutangnya dari harta peninggalannya atau dari bantuan mereka kalau harta mayit tidak ada atau dari muhsinin lain yang berikrar untuk membayar hutangnya.
- Hendaklah berdo’a dan memohon ampunan baginya, sebagaimana dijarkan Rasulullah SAW:
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِأَبِي سَلَمَةَ, وَارْفَعْ دَرَجَتَهُ فِي
اَلْمَهْدِيِّينَ, وَافْسِحْ لَهُ فِي قَبْرِهِ, وَنَوِّرْ لَهُ فِيهِ,
وَاخْلُفْهُ فِي عَقِبِه
Ya Allah
ampunilah Abi Salamah, angkatlah derajatnya di kalangan orang-orang takwa,
lapangaknlah baginya di kuburnya, berilah cahaya di dalamnya dan berilah
pengganti setelah (kematian)nya. (HR Muslim dari Umi Salamah)
ِ
KEWAJIBAN-KEWAJIBAN
YANG BERHUBUNGAN DENGAN JENAZAH
Ketika seorang muslim
meninggal, maka fardhu kifayah hukumnya bagi orang-orang yang masih hidup untuk
melakukan empat perkara:
1. Memandikan2. Mengkafankan
3. Menshalatkan
4. Menguburkan
Catatan:
Secara hukum semua beban biaya pengurusan ini diambil dari harta peninggalannya (si mayat), kecuali seorang isteri, maka menjadi kewajiban suaminya, dan seorang anak kecil menjadi kewajiban bapanya, dan sekiranya yang berkewajiban tidak ada atau tidak punya, maka biaya pengurusan ditanggung oleh Baitulmal, dan jika Baitulmal pun tidak ada, maka harus ditanggung oleh orang Islam yang kaya.
Secara hukum semua beban biaya pengurusan ini diambil dari harta peninggalannya (si mayat), kecuali seorang isteri, maka menjadi kewajiban suaminya, dan seorang anak kecil menjadi kewajiban bapanya, dan sekiranya yang berkewajiban tidak ada atau tidak punya, maka biaya pengurusan ditanggung oleh Baitulmal, dan jika Baitulmal pun tidak ada, maka harus ditanggung oleh orang Islam yang kaya.
MEMANDIKAN JENAZAH
Memandikan mayat,
sekurang-kurangnya dengan meratakan air ke seluruh anggota badannya, setelah
dibersihkan dari kotoran dan najis dengan baiknya;
1.
Dimandikan di tempat
yang suci.
2.
Dimandikan di tempat
yang tinggi.
3.
Tubuh mayat ditutup
dengan kain yang menutup semua bagian antara pusar dan lutut sahaja.
4.
Orang yang memandikan
mayat dan pembantunya hendaklah memakai sarung tangan.
5.
Mula-mula digosok
giginya, mulutnya, dibersihkan najis-najis yang keluar dan disisir rambutnya.
6.
Rambut mayat perempuan
dikepang tiga
7.
Mayat diwudhukan
8.
Air disiramkan ke atas
lambung kanan setelah dibaringkan pada lambung kiri kemudian dibaringkan pada
lambung kanan dan air disiramkan atas lambung kiri.
9.
Dibasuh 3 kali atau 5
kali atau lebih dengan air bersih.
10.
Sebaiknya pakai sabun.
11. Basuhan terakhir memakai air campur kapur barus.
YANG BERHAK MEMANDIKAN JENAZAH
- Laki-laki tidak boleh memandikan mayat perempuan kecuali isteri atau muhrimnya.
- Perempuan tidak boleh memandikan mayat laki-laki kecuali suaminya atau muhrimnya.
- Yang lebih utama memandikan mayat perempuan ialah kerabatnya yang perempuan, kemudian perempuan-perempuan yang bukan kerabatnya, kemudian suaminya, demikian juga mayat laki-laki kerabatnyalah yang lebih berhak, kemudian lelaki yang bukan kerabatnya.
- Jika seorang perempuan meninggal, dan di tempat itu tidak ada seorang perempuan pun, maka hendaklah ditayamumkan dan tidak boleh dimandikan oleh laki-laki, demikian juga mayat seorang laki-laki.
- Jika yang meninggal anak-anak, maka laki-laki maupun perempuan boleh memandikannya.
Catatan :
- Para Syuhada dalam perang Sabilillah tidak dimandikan.
- Muka dan kepala orang yang meninggal dalam ihram tidak boleh ditutup.
MENGKAFANKAN
Dikafankan mayat dengan
pakaian yang boleh dipakainya di masa hidupnya, namun warna putih lebih baik;
kain sutera boleh digunakan untuk mengkafankan mayat perempuan saja.
Kain kafan sekurang-kurangnya satu lapis, dan bagi perempuan harus ditambah sarung, kerudung, baju dan pembalut.
CARA-CARA MENGKAFANKAN JENAZAH
Disediakan satu tikar,
kemudian dibentangkan kain kafan yang tiga lapis itu sehelai demi sehelai dan
lapisan yang berersentuhan langsung dengan mayat, ditaburi wewangian yang telah
disediakan, kemudian letakkan mayat di atas kain itu dan ditutup mukanya,
telinganya, punggungnya, tapak tangan dan tapak kakinya dengan kapas, kemudian
dibalut dengan kain kafan. Kain kafan yang membalut mayat hendaklah diikat di
hujung kepalanya, di tempat letak tangannya, di kemaluannya, di lututnya dan di
ujung kakinya.
Catatan :
·
Makruh mayat
dikafankan dengan kain yang mahal.
·
Ikatan kain balut
hendaklah dibuka apabila mayat telah dibaringkan di dalam liang lahat.
MENSHALATKAN JENAZAH
Syarat shalat janazah ialah :
1. Sama dengan shalat-shalat yang lain.
2. Mayat orang Islam.
3. Telah dimandikan dan dibersihkan daripada najis.
4. Diletakkan di sebelah kiblat (di hadapan orang yang sembahyang).
1. Sama dengan shalat-shalat yang lain.
2. Mayat orang Islam.
3. Telah dimandikan dan dibersihkan daripada najis.
4. Diletakkan di sebelah kiblat (di hadapan orang yang sembahyang).
Rukun sembahyang mayat tujuh perkara:
1. Niat
2. Berdiri bagi orang yang mampu
3. Empat takbir, termasuk takbiratul ihram.
4. Membaca Fatihah.
5. Membaca Salawat Ibrahimiyah.
6. Membaca doa untuk mayat.
7. Salam
1. Niat
2. Berdiri bagi orang yang mampu
3. Empat takbir, termasuk takbiratul ihram.
4. Membaca Fatihah.
5. Membaca Salawat Ibrahimiyah.
6. Membaca doa untuk mayat.
7. Salam
Catatan:
1.
Membaca salawat Ibrahimiah,
yaitu:
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ
مُحَمَّدٍ وَ عَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ
عَلىَ مُحَمَّدٍ وَ عَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلىَ آلِ إِبرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمْيدٌ
مَجِيْدٌ
2. Dalam shalat
jenazah boleh membaca salah satu dari do’a-do’a berikut ini
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ
وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ مُدْخَلَهُ
وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا
نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ
دَارِهِ وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ
وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ النَّارِ
3. Untuk mayat kanak-kanak hendaklah dibaca doa:
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِحَيِّنَا
وَمَيِّتِنَا وَشَاهِدِنَا وَغَائِبِنَا وَصَغِيرِنَا وَكَبِيرِنَا وَذَكَرِنَا
وَأُنْثَانَا اللَّهُمَّ مَنْ أَحْيَيْتَهُ مِنَّا فَأَحْيِهِ عَلَى الْإِسْلَامِ
وَمَنْ تَوَفَّيْتَهُ مِنَّا فَتَوَفَّهُ عَلَى الْإِيمَانِ اللَّهُمَّ اجْعَلْهُ
لَنَا فَرَطًا وَسَلَفًا وَأَجْرًا
3.
Mayat yang hendak
dishalatkan itu, kalau laki-laki, maka posisi imam berdiri tepat di depan kepalanya, dan
jika mayat itu perempuan, posisi imam tepat sejajar dengan pusarnya.
Hal-hal yang disunnahkan dalam shalat Jenazah
:
1. Mengangkat tangan ketika mengucapkan takbir.
2. Mensirkan (tidak dikeraskan) semua bacaan di dalam sembahyang.
3. Berjamaah
4. Dibuat 3 shaf (barisan)
2. Mensirkan (tidak dikeraskan) semua bacaan di dalam sembahyang.
3. Berjamaah
4. Dibuat 3 shaf (barisan)
Yang lebih utama menyembahyangkan mayat itu ialah walinya,
yaitu bapaknya kemudian kakeknya dan seterusnya ke atas, kemudian anaknya,
cucu-cucunya dan seterusnya ke bawah, kemudian saudara laki-lakinya seibu
sebapa, kemudian saudara laki-laki sebapa, kemudian anak saudara seibu sebapa,
kemudian asabah menurut hokum warits dan kemudian Dzawil Arham, jika keluarga
yang satu tingkatan ada, maka didahulukan yang tua, dan jika tidak ada keluarga
yang tersebut di atas itu, maka didahulukan orang yang lebih faqih dan tua.
Menshalatkan mayat yang ghaib:
1. Jenazah yang ghaib dishalatkan walaupun sudah dikuburkan.
2. Boleh menshalatkan jenazah yang telah dikuburkan di atas kuburnya.
1. Jenazah yang ghaib dishalatkan walaupun sudah dikuburkan.
2. Boleh menshalatkan jenazah yang telah dikuburkan di atas kuburnya.
Janin yang mati keguguran:
- Jika ada tanda-tanda kehidupan seperti bergerak, bernafas, menangis, maka mayat itu hukumnya seperti mayat orang besar.
- Jika tidak ada tanda-tanda kehidupan serta rupa manusia, maka tidak wajib padanya seperti yang dilakukan pada orang dewasa, tetapi cukup dibungkus dengan kain dan dikuburkan.
MENGUBURKAN JENAZAH
Membawa mayat ke
kubur:
1. Bersegera membawa jenazah.
2. Orang yang mengiringi jenazah berjalan di
hadapan. Dan yang berkendaraan di belakang
Liang kubur:
Sekurang-kurangnya kedalaman liang kubur ialah lubang yang bisa menahan bau busuk dan tidak dapat dibongkar oleh binatang buas, dan sebaiknya kuburan itu luas dan dalam kurang lebih 2 meter. Dan dengan liang lahad lebih baik daripada liang syaq, jika tanah perkuburan itu keras.
- Liang lahad artinya lubang yang dikorek di
tepi bagian barat liang kubur (arah kiblat ) seluas badan mayat.
- Liang syaq artinya lubang kecil seluas
badan mayat dibuat di bagian tengah bawah liang kubur.
Memasukkan mayat ke liang kubur:
Mayat dimasukkan ke liang kubur
dengan menyodorkan kepalanya terlebih dahulu dan disambut oleh orang-orang yang
sudah menanti di dalamnya, kemudian dibaringkan pada lambung bagian kanannya
menghadap kiblat sambil membaca:
بِسْمِ اللهِ وَعَلىَ مِلَّةِ رَسُوْلِ اللهِ
Dengan nama Allah dan atas
agama Rasulullah
kemudian ditutup liang lahad
atau syaq itu dengan papan atau dengan sebangsanya, kemudian diarug.
ANAK-ANAK KAFIR YANG DIPELIHARA ORANG ISLAM
Anak-anak
kafir yang dipelihara orang Islam kemudian ia meninggal sebelum baligh,
hendaklah dikuburkan di tepi kawasan tanah perkuburan orang Islam dan tidak
dishalatkan, sekalipun ia sudah bisa mengucapkan dua kalimah syahadat dan bisa
membaca Al-Quran serta shalat
TA’ZIAH
Disunnahkan
memberi ta’ziah kepada ahli waris si mayit, supaya tidak berkeluh-kesah dan
bersabar menghadapi mushibah, dengan mengucapkan misalnya:
أَعْظَمَ الله ُأَجْرَكَ وَغُفِرَ
لِمَيِّتِكَ
Mudah-mudahan Allah membalasmu dengan pahala yang besar dan mengampuni
mayitmu
MENANGIS
Boleh menangis kerana kematian, tetapi haram meratap.
Boleh menangis kerana kematian, tetapi haram meratap.
MENYEDIAKAN MAKANAN
Disunnahkan bagi para tetangga untuk menyediakan makanan untuk keluarga mayit, bukan keluarga mayit yang menyediakan makanan untuk orang lain.
Disunnahkan bagi para tetangga untuk menyediakan makanan untuk keluarga mayit, bukan keluarga mayit yang menyediakan makanan untuk orang lain.
MEMBACA DO’A
Setelah mayat itu selesai dikuburkan, disunatkan berdiri sebentar dan membaca doa dan minta ampunan serta ketetapan bagi si mayit.
Setelah mayat itu selesai dikuburkan, disunatkan berdiri sebentar dan membaca doa dan minta ampunan serta ketetapan bagi si mayit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar