DEMAM BERDARAH
Definisi Demam Berdarah
Demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit febril
akut yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip
dengan malaria Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam 5-7 hari disertai
gejala perdarahan dan bila timbul renjatan menimbulkan mortalitas cukup tinggi.
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan trombositopenia (trombosit kurang
dari 100.000) dan hematokrit cenderung meningkat lebih dari 20% dari normal. Demam
berdarah disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes aegypti.
Penyebaran DHF
Kasus penyakit ini pertama kali ditemukan di Manila, Filipina pada tahun
1953. Penyakit DBD pertama kali di Indonesia ditemukan di Surabaya pada tahun
1968, akan tetapi konfirmasi virologis baru didapat pada tahun 1972. Sejak itu
penyakit tersebut menyebar ke berbagai daerah, sehingga sampai tahun 1980
seluruh propinsi di Indonesia kecuali Timor-Timur telah terjangkit penyakit,
dengan jumlah kasus sebagai berikut :
-
Tahun 1996 : jumlah
kasus 45.548 orang, dengan jumlah kematian sebanyak 1.234 orang.
-
Tahun 1998 : jumlah
kasus 72.133 orang, dengan jumlah kematian sebanyak 1.414 orang (terjadi
ledakan)
-
Tahun 1999 : jumlah
kasus 21.134 orang.
-
Tahun 2000 : jumlah
kasus 33.443 orang.
-
Tahun 2001 : jumlah
kasus 45.904 orang
-
Tahun 2002 : jumlah
kasus 40.377 orang.
-
Tahun 2003 : jumlah
kasus 50.131 orang.
-
Tahun 2004 : sampai
tanggal 5 Maret 2004 jumlah kasus sudah mencapai 26.015 orang, dengan jumlah
kematian sebanyak 389 orang.
Sejak pertama kali ditemukan, jumlah kasus menunjukkan kecenderungan
meningkat baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit dan secara
sporadis selalu terjadi KLB setiap tahun. KLB DBD terbesar terjadi pada tahun
1998, dengan Incidence Rate (IR) = 35,19 per 100.000 penduduk dan CFR = 2%.
Pada tahun 1999 IR menurun tajam sebesar 10,17%, namun tahun-tahun berikutnya
IR cenderung meningkat yaitu 15,99 (tahun 2000); 21,66 (tahun 2001); 19,24
(tahun 2002); dan 23,87 (tahun 2003).
Epidemiologi
Demam berdarah dengue telah menjadi endemis di 112 negara di wilayah tropis
dan subtropis yang meliputi benua Amerika, Eropa Selatan,Timur Tengah, Afrika
Utara, Asia, dan Australia serta pada
beberapa pulau di Samudera Hindia, Pasifik dan Karibia . Distribusi geografis
DBD tersebar luas dan jumlah kasusnya terus meningkat selama 3 dekade terakhir.
Empat puluh persen dari populasi dunia (2.5-3 milyar orang) memiliki risiko
terinfeksi, dan diprediksikan terjadi 50 juta infeksi pertahun . Setiap tahun
diperkirakan 250.000-500.000 kasus DBD
dengan mortalitas sekitar 5% atau 25.000 kematian dilaporkan oleh World
Health Organization (WHO). Demam berdarah dengue merupakan salah satu
penyebab morbiditas dan mortalitas pada anak di negara tropis dan subtropis. Sekitar 95% kasus DBD
terjadi pada anak usia <15 tahun dan 5% terjadi pada bayi .
Epidemi pertama kali di wilayah Asia Tenggara terjadi pada tahun 1954 di
Manila,Philipina. Selanjutnya secara berangsur-angsur menyebar ke negara yang
berdekatan. Pada tahun 2005 jumlah kasus DBD di Asia Tenggara cenderung
meningkat 19% dan mortalitas meningkat sekitar 43% dibandingkan tahun 2004 dan
Indonesia merupakan penyumbang terbesar kasus DBD untuk wilayah Asia Tenggara.
Demam berdarah dengue masuk wilayah Indonesia tahun 1968. Kasus di Indonesia pertama kali di laporkan terjadi
di Surabaya dan Jakarta dengan jumlah kematian sebanyak 24 orang . Kejadian
Luar Biasa (KLB) DBD terbesar terjadi pada tahun 1998, dengan Incidence Rate
(IR) 35,19 per 100.000 penduduk dan CFR 2 % .
Seluruh wilayah Indonesia mempunyai risiko terjangkit DBD karena virus
penyebab dan vektornya sudah tersebar luas di perumahan penduduk maupun
fasilitas umum.
Laporan yang ada sampai saat ini penyakit demam berdarah dengue sudah
menjadi masalah yang endemis pada 122 daerah tingkat II, 605 daerah kecamatan
dan 1800 desa/kelurahan di Indonesia. Morbiditas DBD cenderung meningkat dari
tahun ke tahun, sebaliknya mortalitas cenderung menurun. Akhir tahun 60-an atau
awal tahun 70-an sebesar 41,3% menjadi berkisar antara 3-5% pada saat ini.
World Health Organization pada tahun 2004 merekomendasikan kepada negara
endemis DBD agar dapat menurunkan Case Fatality Rate (CFR) menjadi kurang 1% .
Epidemi demam berdarah dengue dilaporkan di Kalimantan Selatan pada tahun
1974. Berdasarkan data kasus DBD Dinas Kesehatan Propinsi Kalimantan Selatan
tahun 2005 terdapat 341 kasus dan 9 diantaranya meninggal, dengan IR per
100.000 penduduk sebesar 9,3 dan CFR 2,6%. Pada tahun 2006 jumlah kasusnya
mengalami peningkatan menjadi 457 kasus dan 7 diantaranya meninggal, dengan IR
per 100.000 penduduk sebesar 12,45 dan CFR 1,53%. Demam berdarah dengue dapat terjadi pada
semua usia kehidupan, di Asia Tenggara yang merupakan wilayah hiperendemis DBD
seringkali terjadi pada anak di bawah usia 15 tahun, di Indonesia penderita DBD
terbanyak adalah anak usia 5-11 tahun. Secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan
jenis kelamin penderita tetapi kematian lebih banyak pada anak perempuan
daripada anak laki-laki. Demam berdarah dengue juga dapat terjadi pada semua
ras. Faktor yang berkaitan dengan
kembalinya epidemi DBD antara lain pertumbuhan penduduk, urbanisasi, pengolahan
limbah dan persediaan air, distribusi vektor, kepadatan vektor dan
transportasi.
Patofisiologi dan
Patogenesis
Patogenesis DBD dan
sindroma syok dengue (SSD) masih merupakan masalah yang kontroversial karena
sejauh ini belum ada suatu teori yang dapat menjelaskan secara tuntas
patogenesis demam berdarah dengue, namun dua perubahan patofisiologi utama yang
terjadi yaitu peningkatan permeabilitas vaskuler dan hemostasis yang abnormal.
Permeabilitas vaskuler yang meningkat mengakibatkan kebocoran plasma,
hipovolemi dan syok. Kebocoran plasma dapat menyebabkan asites. Gangguan homeostasis dapat menimbulkan vaskulopati,
trombositopeni dan koagulopati, sehingga memunculkan manifestasi perdarahan
seperti petekie, ekimosis, perdarahan gusi, epistaksis, hematemesis dan melena.
Secara garis besar ada dua teori yang banyak dianut untuk menjelaskan perubahan
patogenesis pada DBD dan SSD yaitu teori infeksi primer/teori virulensi dan
teori infeksi sekunder (teori secondary heterologous infection) atau teori
infection enhancing antibody.
Teori pertama menyatakan bahwa virus dengue seperti juga virus
binatang lain dapat mengalami perubahan genetik akibat tekanan sewaktu virus
mengadakan replikasi baik pada tubuh manusia maupun pada tubuh nyamuk. Ekspresi
fenotipik dari perubahan genetik dalam genom virus dapat menyebabkan
peningkatan replikasi virus dan viremia, peningkatan virulensi dan mempunyai
potensi untuk menimbulkan wabah. Selain itu beberapa strain virus mempunyai
kemampuan untuk menimbulkan wabah. Teori tersebut dibuktikan oleh para peneliti
di bidang virus yang mencoba memeriksa sekuens protein virus. Penelitian secara
molekuler biologi ini mendapatkan hal yang menarik. Pada saat sebelum KLB,
selama KLB dan setelah reda KLB ternyata sekuens protein tersebut berbeda.
Teori kedua menyebutkan bahwa apabila seseorang mendapatkan infeksi
primer dengan satu jenis virus , akan terjadi proses kekebalan terhadap infeksi
jenis virus tersebut untuk jangka waktu yang lama tetapi jika orang tersebut
mendapatkan infeksi sekunder dengan jenis serotipe virus yang lain, maka
terjadi infeksi yang berat.
Dihipotesiskan juga mengenai antibody dependent enhancement (ADE),suatu
proses yang akan meningkatkan infeksi dan replikasi virus dengue di dalam sel
mononuklear. Sebagai tanggapan terhadap infeksi tersebut, terjadi sekresi
mediator vasoaktif yang kemudian menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh
darah, sehingga mengakibatkan keadaan hipovolemia dan syok.
Sebagai akibat infeksi
sekunder oleh tipe virus dengue yang berlainan pada seorang pasien, respons
limfosit T memori akan mengakibatkan proliferasi dan diferensiasi limfosit
dengan menghasilkan titer tinggi antibodi IgG antidengue. Disamping itu,
replikasi dapat juga terjadi dalam plasmosit. Hal ini akan mengakibatkan
terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang selanjutnya akan mengakibatkan
aktivasi sistem komplemen yang dapat menyebabkan peningkatan permeabilitas
dinding pembuluh darah sehingga plasma keluar. Pada pasien dengan syok berat,
volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari 30 % dan berlangsung selama
24-48 jam. Kebocoran plasma dibuktikan dengan adanya peningkatan hematokrit dan
penurunan natrium. Akibat pindahnya plasma ke rongga tubuh seperti pleura dan
cavum abdominal dapat menimbulkan efusi pleura dan asites.
Syok yang tidak
ditanggulangi secara adekuat, akan menyebabkan asidosis dan anoksia, yang dapat
berakhir fatal; oleh karena itu, pengobatan syok sangat penting guna mencegah
kematian. Kedua hipotesis tersebut didukung oleh data epidemiologis dan
laboratoris.
Gambar Patogenesis
terjadinya syok berdasarkan hipotesis the secondary heterologous infection
Etiologi
Penyakit DBD disebabkan
oleh Virus Dengue yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah
tropis dan sub-tropis, dan menjangkit luas di banyak negara di Asia Tenggara. Virus Dengue termasuk kelompok B Arthtropod
Borne Virus (Arbovirus) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili
Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu : DEN-1, DEN-2, DEN-3,
DEN-4. Serotipe virus dengue (DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4) secara antigenik
sangat mirip satu dengan lainnya, tetapi tidak dapat menghasilkan proteksi
silang yang lengkap setelah terinfeksi oleh salah satu tipe. Keempat serotipe
virus dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Serotipe DEN-3 merupakan
serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi
klinik yang berat. Virus dengue merupakan virus RNA untai tunggal. Virus ini
hidup (survive) di alam lewat dua mekanisme yaitu :
- Melalui transmisi vertikal dalam tubuh nyamuk. Dimana virus dapat ditularkan oleh nyamuk betina dan telurnya yang nantinya akan menjadi nyamuk. Virus juga dapat ditularkan dari nyamuk jantan kepada nyamuk betina melalui kontak seksual.
- Melalui transmisi virus yang berasal dari nyamuk masuk ke dalam tubuh vertebrata seperti manusia dan kelompok kera tertentu atau sebaliknya. Nyamuk mendapatkan virus pada saat menggigit manusia yang terinfeksi virus dengue. Virus yang berada di lambung nyamuk akan mengalami replikasi, kemudian akan bermigrasi dan akhirnya sampai ke kelenjar ludah. Virus masuk tubuh manusia lewat gigitan nyamuk yang menembus kulit, kemudian masuk sirkulasi darah dengan cepat. Reaksi tubuh terhadap virus dengue dapat berbeda. Sehingga manifestasi gejala klinis dan perjalanan penyakitpun akan berbeda. Bentuk reaksi tubuh terhadap adanya virus dengue itu adalah seperti:
1. Mengendapnya bentuk netralisasi
komplek Ig serum pada pembuluh darah kecil di kulit berupa gejala ruam (rash).
2. Gangguan fungsi pembekuan darah sebagai akibat dari penurunan jumlah dan
kualitas faktor koagulasi yang menimbulkan manifestasi perdarahan.
3. Terjadi kebocoran pada pembuluh darah yang mengakibatkan keluarnya
komponen plasma menuju ke ruang ekstravaskuler dengan manifestasi asites dan
efusi pleura.
Jika tubuh manusia
hanya memberi reaksi pertama dan kedua, orang itu akan menderita demam dengue.
Sementara, jika ketiga reaksi terjadi, orang itu akan mengalami DBD.
Pada tahun 1944 Sabin
berhasil mengisolasi 2 jenis virus yang berkaitan namun secara imunologis
menimbulkan reaksi yang berbeda yakni yang dikenal sekarang sebagai DEN-1 dan
DEN-2 dari pasien yang secara klinis terdiagnosis DBD. Kemudian pada tahun 1956
Hammon dkk, telah mengisolasi dua serotipe baru virus dengue yang dinamakan
sebagai DEN-3 dan DEN-4 selama epidemi DBD di Philipina (22). Survei virologi penderita DBD yang telah
dilakukan di beberapa rumah sakit Indonesia sejak tahun 1972 sampai dengan
tahun 1995 melaporkan keempat serotipe virus dengue yang berhasil diisolasi
baik dari penderita DBD derajat ringan maupun berat. Selama 17 tahun, serotipe
yang mendominasi ialah DEN 2 atau 3 namun virus dengue tipe 3 sangat berkaitan
dengan kasus DBD berat.
Vektor
Biang kerok DBD adalah
nyamuk Aedes aegypty. Badannya berwarna hitam dan berbintik-bintik putih, lebih
kecil dari nyamuk biasa. Hanya nyamuk betina yang menggigit manusia, sementara
jantannya lebih tertarik pada cairan yang mengandung gula seperti yang terdapat
pada tanaman.
Aedes aegypty hidup
rata-rata 10 hari, masa yang cukup untuk pertumbuhan virus dalam tubuhnya yang
bersifat infeksius. Bagi mereka darah manusia berfungsi untuk mematangkan telur
agar dapat dibuahi pada saat perkawinan. Setelah mengisap darah, ia akan
bertelur tiga hari kemudian di tempat dimana ada genangan air bersih, 24 jam
kemudian mengisap darah kembali serta bertelur lagi. Telur yang dihasilkan
jumlahnya ratusan bahkan ribuan, berupa bintik-bintik lembut kehitaman.
Telur-telur ini melekat pada sisi vertikal permukaan air. Dalam 6-8 hari telur
berubah menjadi nyamuk. Nyamuk Aedes aegypti hidup di daerah tropis dan
subtropis dengan suhu 28-32°C dan kelembaban yang tinggi serta tidak dapat
hidup di ketinggian 1000 m. Vektor utama untuk arbovirus bersifat multiple bitter,
antropofilik, dapat hidup di alam bebas, terbang siang hari (jam 08.00-10.00
dan 14.00-16.00), jarak terbang 100 m – 1 km.
Virus dengue ditularkan
kepada manusia terutama melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Selain itu dapat
juga ditularkan oleh nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa
spesies lain yang merupakan vektor yang kurang berperan.
Masa Inkubasi
Jangka masa inkubasi adalah 3 sampai 14 hari, umumnya 4 sampai 7 hari.
Penularan
Demam berdarah ditularkan
pada manusia melalui gigitan nyamuk betina Aedes yang terinfeksi virus dengue.
Penyakit ini tidak dapat ditularkan langsung dari orang ke orang. Penyebar
utama virus dengue yaitu nyamuk Aedes aegypti, tidak ditemukan di Hong Kong,
namun virus dengue juga dapat disebarkan oleh spesies lain yaitu Aedes
albopictus. Berikut adalah rangkaian penularan demam berdarah :
1. Nyamuk Aedes aegypty yang sudah terinfeksi virus menggigit dan menyebarkan
virus ke tubuh manusia
2. Virus memperbanyak diri (replikasi) di jaringan getah bening
3. setelah jumlahnya cukup, virus lepas dari jaringan dan menginfeksi darah
4. Nyamuk lain menggigit tubuh manusia yang sudah terinfeksi, lalu
5. menyebarkannya ke manusia lain, dan seterusnya.
Sel Target Virus
Dengue
- Monosit /Makrofag : Antibodi pre-infeksi dalam tubuh penderita berikatan dengan virus dengue membentuk kompleks imun. Dokmain Fc antibodi menjadi perantara pengikatan ke sel-sel monosit/makrofag, terjadi fusi, neutralisasi, dan infeksi
- Sel hepar : Diketemukan virus dengue RNA dengan RT-PCR didalam jaringan hepar dan limfoid. Hepar diduga sbg tempat replikasi virus utama
- Peneliti lain : virus dengue menginfeksi sel kupffer, lalu sel ini mengalami apoptosis dan difagositosis. Hepatosit mungkin menjadi sel target primer di hepar, terutama untuk DBD berat dan fatal
Perjalanan Penyakit
Virus Dengue
Perjalanan infeksi dengue
sangat klasik, namun para dokter mengatakan sulit diramal (unpredictable).
Gambar: Perjalanan Penyakit Infeksi Dengue
Manifestasi penyakit DBD
1. Gejala Klinis
Demam berdarah dengue
dapat memperlihatkan berbagai macam gejala antara lain :
- Gejala pada penyakit DBD diawali dengan demam mendadak dengan facial flushing dan gejala-gejala konstitusional non-spesifik yang lain seperti anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare, sakit kepala (retroorbital pain), nyeri otot ,tulang dan sendi. Beberapa pasien mengeluh sakit tenggorokan, tapi rinitis dan batuk jarang terjadi. Suhu biasanya tinggi (>39 °C) dan tetap seperti itu selama 2-7 hari. Kadang-kadang suhu dapat mencapai 40-41°C yang dapat menyebakan kejang demam khususnya pada bayi.
- Fenomena perdarahan yang paling umum adalah uji tourniquet positif, petekia, ekimosis dan purpura. Epistaksis dan perdarahan gingiva jarang terjadi, perdarahan gastrointestinal dapat diamati selama periode demam.
- Hepatomegali (pembesaran hati). Hepar biasanya dapat dipalpasi pertamakali pada fase demam dan ukurannya bermacam-macam yaitu 2-4 cm dibawah batas kosta. Walaupun ukuran hepar tidak berkorelasi dengan berat penyakit, pembesaran hepar ditemukan lebih sering pada kasus syok daripada non-syok. Limfadenofati pada DBD bersifat generalisata.
- Tahap kritis dari rangkaian penyakit didapatkan pada akhir fase demam. Setelah 2-7 hari demam, penurunan cepat suhu acapkali diikuti tanda-tanda gangguan sirkulasi. Pasien tampak berkeringat, menjadi gelisah, ekstrimitasnya dingin, dan menunjukkan perubahan pada frekuensi denyut nadi dan tekanan darah. Pada kasus yang kurang berat, perubahan ini minimal dan sementara, merefleksikan suatu derajat ringan kebocoran plasma. Sebagian besar pasien sembuh spontan, atau setelah periode singkat terapi cairan dan elektrolit. Pada kasus lebih berat, ketika kehilangan banyak melampaui batas kritis maka syok pun terjadi dan berkembang kearah kematian bila tidak ditangani secara tepat.
- Sindroma syok dengue didiagnosa bila memenuhi semua dari empat kriteria untuk DBD ditambah bukti kegagalan sirkulasi ditandai dengan nadi lemah dan cepat dan tekanan nadi menurun menjadi <20 mmHg, hipotensi, kulit lembab dan dingin,gelisah serta perubahan status mental.
Diagnosis DBD
Pedoman yang dipakai dalam
menegakkan diagnosis DBD ialah kriteria yang disusun oleh WHO (1999) . Kriteria
tersebut terdiri atas kriteria klinis dan laboratoris. Kriteria klinis terdiri
atas:
- Demam tinggi mendadak 2-7 hari, terus menerus.
- Manifestasi perdarahan seperti uji torniquet positip, perdarahan spontan (bintik-bintik merah dikulit, epitaksis/mimisan, perdarahan gusi dan perdarahan saluran cerna).
- Pembesaran hati
- Manifestasi kebocoran plasma (hemokonsentrasi), mulai yang ringan seperti kenaikan nilai hematokrit > 20% dibandingkan sebelumnya, sampai yang berat yaitu syok (nadi cepat, lemah, kaki/tangan dingin, lembab, anak gelisah, sianosis/kebiruan dan kencing berkurang). Kriteria laboratoris terdiri atas:
1. Trombositopenia ( jumlah trombosit < 100.000/ul )
2. Hemokonsentrasi ( peningkatan hematokrit > 20%). Diagnosis DBD dapat
ditegakkan bila ditemukan dua kriteria klinis dan dua kriteria laboratoris. Berdasarkan gejalanya DHF dikelompokkan
menjadi 4 tingkatan:
a) Derajat I: demam tinggi disertai gejala tidak khas. Satu-satunya tanda perdarahan adalah tes
torniquet positif atau mudah memar.
b) Derajat II: gejala derajat 1 ditambah dengan perdarahan spontan di kulit
atau di tempat lain.
c) Derajat III: Ditemukan tanda-tanda kegagalan sirkulasi ( nadi cepat, lemah,
hipotensi, kaki/tangan dingin, lembab, sianosis, anak menjadi gelisah)
d) Derajat IV: terjadi syok berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan
darah yang tidak dapat diperiksa.
Setelah demam selama 2 - 7 hari, penurunan suhu biasanya disertai dengan
tanda-tanda gangguan sirkulasi darah. penderita berkeringat, gelisah, tangan
dan kakinya dingin, dan mengalami perubahan tekanan darah dan denyut nadi.
Pada kasus yang tidak terlalu berat gejala-gejala ini hampir tidak
terlihat, menandakan kebocoran plasma yang ringan. Bila kehilangan plasma
hebat, akan terjadi syok, syok berat dan kematian bila tidak segera ditangani.
Kondisi yang buruk bisa segera ditangani dengan diagnosa dini dan pemberian
cairan pengganti. Trombositopeni dan hemokonsentrasi sudah dapat dideteksi
sebelum demam turun dan terjadi syok.
Pada penderita dengan Dengue Shock Syndrome (DSS) kondisinya dengan
segera memburuk. Ditandai dengan nadi cepat dan lemah, tekanan darah menyempit
sampai kurang dari 20 mmhg atau terjadi hipotensi. Kulit dingin, lembab dan
penderita mula-mula terlihat mengantuk kemudian gelisah.
Bila tidak segera ditangani penderita akan meninggal dalam 12 - 24 jam. Dengan
pemberian cairan pengganti, kondisi penderita akan segera membaik.
Pada syok
yang berat sekalipun, penderita akan membaik dalam 2 -3 hari. Tanda-tanda
adanya perbaikan adalah jumlah urine yang cukup dan kembalinya nafsu makan.
Syok yang tidak dapat diatasi biasanya berhubungan dengan keadaan yang lain
seperti asidosis metabolik, perdarahan hebat di saluran cerna atau organ lain. Perdarahan yang terjadi di otak akan menyebabkan penderita kejang dan jatuh
dalam keadaan koma.
Gambar Spektrum klinis infeksi virus dengue
Untuk
diagnosis pasti DBD dapat ditegakkan bila ditemukannya virus dengue di dalam
darah. Metode isolasi virus merupakan baku emas (gold
standard) pemeriksaan infeksi virus
dengue .
Pengambilan darah idealnya harus diambil selama periode demam dan lebih
baik sebelum hari kelima sakit. Setelah spesimen diambil selanjutnya dilakukan
kultur sel dan akhirnya dapat diidentifikasi setelah 2-3 minggu. Keterbatasan
metode ini adalah sulitnya peralatan dan memerlukan waktu yang lama untuk mendapatkan
hasil, sehingga isolasi virus hanya dilakukan untuk tujuan penelitan. Karena
isolasi virus sulit dilakukan sehingga uji serologis merupakan alternatif yang
sering dipakai dalam membantu diagnosis DBD.
Pemeriksaan serologis ditujukan untuk deteksi antibodi spesifik terhadap
virus dengue berupa antibodi IgM maupun IgG. Pemeriksaan yang banyak digunakan
adalah berupa uji HI (hemagglutination inhibition test = uji hambatan
hemaglutinasi) yang merupakan gold standard WHO untuk infeksi virus dengue. Uji
HI bertujuan untuk menetapkan titer antibodi anti-dengue yang dapat menghambat
kemampuan virus dengue mengaglutinasi sel darah merah angsa. Uji ini
membutuhkan sepasang serum dengan perbedaan waktu fase akut dan konvalesen
paling sedikit 7 hari, optimalnya 10 hari.
Berdasarkan titer antibodinya, uji HI dapat digunakan untuk membedakan
infeksi primer dan sekunder. Infeksi
virus dengue akut ditandai dengan terdapatnya peningkatan titer empat kali atau
lebih antara sepasang serum yaitu serum akut dan serum konvalesen, disamping
itu titer ≥ 1:2560 menunjukkan interpretasi infeksi flavivirus sekunder.
Antibodi HI bertahan di dalam tubuh sampai bertahun-tahun, sehingga uji ini
baik untuk studi sero-epidemiologi.
Pemeriksaan
Laboratorium
Pada DBD hasil pemeriksaan
laboratorium umumnya memberikan hasil sebagai berikut:
a. Leukopenia dan limfositosis
Beberapa peneliti
mengungkapkan bahwa pada pemeriksaan sumsum tulang penderita DBD pada masa awal
demam,terdapat hipoplasia sumsum tulang dengan hambatan pematangan dari semua
sistem hemopoesis. Pada penderita DBD dapat terjadi
leukopenia ringan sampai leukositosis sedang. Leukopenia dapat dijumpai antara
hari pertama dan ketiga dengan hitung jenis yang masih dalam batas normal.
Jumlah granulosit menurun pada hari ketiga sampai kedelapan. Dalam sediaan apus
darah tepi penderita DBD dapat ditemukan limfosit bertransformasi atau atipik,
terutama pada infeksi sekunder .
b. Trombositopenia
Penyebab trombositopenia pada
DBD antara lain diduga trombopoesis yang menurun dan destruksi trombosit dalam
darah meningkat serta gangguan fungsi trombosit. Ditemukannya kompleks imun
pada permukaan trombosit diduga sebagai penyebab agregasi trombosit yang
kemudian akan dimusnahkan oleh sistem retikuloendotelial khususnya dalam limpa
dan hati.
c. Hemokonsentrasi, hiponatremia, hipoalbuminemia
Hemakonsentrasi,
hiponatremia, hipoalbuminea rendah adalah suatu tanda hemokensentrasi yang
disebabkan oleh kebocoran plasma sebagai akibat permeabilitas vaskuler yang
meningkat.
d. PTT dan APTT memanjang, FDP meningkat.
Kompleks virus antibodi atau
mediator dari fagosit yang terinfeksi virus pada DBD dapat mengaktifkan sistem
koagulasi, dimulai oleh aktivasi faktor XII menjadi XIIa, faktor koagulasi
kemudian akan diaktifkan secara berurutan mengikuti suatu kaskade sehingga
akhirnya terbentuk fibrin. Selain itu Faktor XIIa juga mengaktifkan sistem
fibrinolisis yang menyebabkan perubahan plasminogen menjadi plasmin. Plasmin
mempunyai sifat proteolitik dengan sasaran fibrin. Aktivasi sistem
koagulasi dan fibrinolisis yang
berkepanjangan berakibat menurunnya berbagai faktor koagulasi seperti
fibrinogen,V,VII,VIII, IX dan X serta plasminogen. dan sebagai imbasnya FDP meningkat, PTT dan APTT memanjang .
f. Aspartate transaminase dan alanine transaminase
Hepatitis atau nekrosis fokal pada hepar yang disebabkan oleh infeksi virus
dengue pada hepatosit menyebabkan peningkatan aspartate transaminase dan
alanine transaminase.
Diagnosis Banding
Beberapa diagnosis banding untuk DBD antara lain:
1.
Campak
Penyakit campak disebabkan
oleh virus campak, Genus Morbilivirus Famili Paramyxoviridae dengan masa
inkubasi selama 8-12 hari dan penularan melalui aerosol (percikan batuk maupun
bersin penderita). Gejala prodromal ditandai dengan malaise, panas mencapai 38
◦C berlangsung 7-10 hari, anoreksia batuk pilek dan konjungtivitis.
Patognomonis penyakit campak adalah adanya bercak Koplik berupa bercak merah
dengan warna putih ditengahnya di mukosa pipi berhadapan dengan gigi molar
kedua, dijumpai sekitar akhir masa prodromal, tepat sebelum timbul ruam. Pada
hari ke 3-7 hari sakit timbul ruam kemerahan pada kulit yang menyebar keseluruh
tubuh mulai di muka , kemudian meliputi badan dan akhirnya mencapai
ekstrimitas, akan tetapi telapak tangan dan kaki tidak ditemukan adanya ruam
tersebut. Setelah 1 minggu ruam itu pun kemudian menghitam dan mengelupas.
Dijumpai pula limfadenopati generalisata dan hepatomegali ringan serta
apendisitis.
2.
Chikungunya
Chikungunya adalah suatu
infeksi arbovirus yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini
terdapat di daerah tropis, khususnya di perkotaan wilayah Asia, India, dan
Afrika Timur. Masa inkubasi diantara 2-4 hari dan bersifat self-limiting dengan
gejala akut (demam onset mendadak (>40°C,104°F), sakit kepala, nyeri sendi
(sndi-sendi dari ekstrimitas menjadi bengkak dan nyeri bila diraba, mual,
muntah,, nyeri abdomen, sakit tenggorokan, limfadenopati, malaise, kadang
timbul ruam, perdarahan juga jarang terjadi) berlangsung 3-10 hari. Gejala
diare, perdarahan saluran cerna, refleks abnormal, syok dan koma tidak
ditemukan pada chikungunya. Sisa arthralgia suatu
problem untuk beberapa minggu hingga beberapa bulan setelah fase akut. Kejang
demam bisa terjadi pada anak. Belum ada terapi spesifik yang tersedia,
pengobatan bersifat suportif untuk demam dan nyeri (analgesik dan
antikonvulsan).
3.
Malaria
Malaria adalah penyakit
menular yang dapat bersifat akut maupun kronik, disebabkan oleh protozoa
intraselular obligat Plasmodium falciporum, P. vivax, P. ovale, dan P. malariae
yang ditularkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina. Penularan juga dapat terjadi melalui tranfusi darah, transplantasi
organ, dan transplasenta. Masa inkubasi 1-2 minggu, tetapi kadan-kadang lebih
dari setahun. Gejala malaria yaitu demam, menggigil, malaise, anoreksia, mual,
muntah, diare ringan, sakit kepala, pusing, mialgia, nyeri tulang. Peningkatan
suhu dapat mencapai 40 derajat, bersifat intermitten yaitu demam dengan suhu
badan yang mengalami penurunan ke tingkat normal selama beberapa jam dalam satu
hari diantara periode kenaikan demam. Periode timbulnya demam tergantung pada
jenis plasmodium yang menginfeksi. Pada malaria juga dapat ditemui
hepatomegali, splenomegali,anemia, ikterus, dan dehidrasi. Pada pemeriksaan
laboratorium umumnya ditemukan anemia, leukopenia, dan trombositopenia.
4.
Demam tifoid
Demam tifoid adalah suatu
penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi. Penularan tifoid
biasanya melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi feses. Masa inkubasi
tifoid sangat berbeda, berkisar dari 3-60 hari. Gejala awal penyakit adalah
demam(peningkatan suhu hingga 40◦C) terutama sore atau malam hari, kedinginan,
malaise, sakit kepala, sakit tenggorokan, batuk, dan kadang-kadang sakit perut
dan konstipasi atau diare. Sebagai
perkembangan penyakit, umumnya didapatkan kelemahan, distensi abdomen,
hepatosplenomegali, anoreksia, dan kehilangan berat badan. . Tanda penting yang ditemui antara lain agak
tuli, lidah tifoid (tremor, tengah kotor, tepi hiperemis, nyeri tekan/spontan
pada perut di daerah Mc Burney (kanan bawah). Pada pemeriksaan darah tepi dapat
ditemukan leukopenia, limfositosis relatif. Mungkin terdapat anemia dan
trombositopenia ringan.
Komplikasi
Demam berdarah dengue
dapat menimbulkan komplikasi ensefalopati, kegagalan fungsi hati,miokarditis,
gagal ginjal akut, sindroma uremik akut dan DIC yang menyebabkan perdarahan
massif. Komplikasi tersebut umumnya jarang terjadi.
Pertolongan Awal
Berikan banyak minum pada
penderita meskipun ia tidak mempunyai nafsu makan agar tubuhnya tidak
kekurangan cairan. Kompres kepala penderita untuk membantu daya tahan tubuhnya
terhadap demam. Di rumah sakit akan diberikan infus berupa larutan elektrolit
dan atau plasma ekspander (untuk mempertahankan air dalam pembuluh darah). Juga
diberikan obat pencegah pembekuan darah intravaskuler serta obat untuk
mengatasi kebocoran dinding pembuluh darah.
Bila terjadi perdarahan hebat, maka
dokter akan memberikan transfusi darah (hanya sel pembeku darah atau
trombosit). Perlu diperhatikan, hendaknya keluarga pasien menanyakan kepada
pihak rumah sakit apakah trombosit sudah dites kebersihannya (bebas dari virus
atau kuman) agar setelah sembuh dari penyakit DBD tidak terkena penyakit lain
seperti hepatitis B atau C karena trombosit yang tercemar.
Dalam dunia kedokteran,
dikenal empat macam serotipe virus DBD, yakni den-1, den-2, den -3, dan den -4.
Orang yang pernah menderita DBD bisa jadi terkena lagi. Biasanya yang menyerang
virus DBD serotipe lain. Misalnya, seseorang pernah terinfeksi virus den-1
dengan gejala ringan sehingga tidak perlu dirawat di rumah sakit, tubuhnya akan
mengeluarkan zat antibodi untuk mengatasi virus tersebut. Di lain waktu, penderita
terinfeksi kembali dengan virus serotipe den-2 (reaksi imunologis) atau den-3
(infeksi sekunder). Jika timbul reaksi antibodi
den-1 dengan virus den-2, atau den-3 maka serangannya akan lebih hebat.
Pengobatan
Tidak ada perawatan
khusus untuk demam berdarah. Obat-obatan diberikan untuk meringankan demam dan
rasa sakit. Penderita sebaiknya segera dirawat, dan terutama dijaga jumlah
cairan tubuhnya. Dengan perawatan yang tepat dan segera, tingkat kematian tidak
mencapai 1%.
Untuk mengatasi demam sebaiknya
diberikan asetaminofen. Salisilat tidak digunakan karena akan memicu perdarahan
dan asidosis. Asetaminofen diberikan selama demam masih mencapai 39°c, paling banyak 6 dosis dalam 24 jam.
Kadang-kadang diperlukan
obat penenang pada anak-anak yang sangat gelisah. Kegelisahan ini bisa terjadi
karena dehidrasi atau gangguan fungsi hati. Haus dan dehidrasi merupakan akibat
dari demam tinggi, tidak adanya nafsu makan dan muntah.
Untuk mengganti cairan
yang hilang harus diberikan cairan yang cukup melalui mulut atau melalui vena.
Cairan yang diminum sebaiknya mengandung elektrolit seperti oralit. Cairan yang
lain yang bisa juga diberikan adalah jus buah-buahan. Penderita harus segera
dirawat bila ditemukan gejala-gejala berikut :
-
Takikardi, denyut jantung
meningkat
-
Kulit pucat dan dingin
-
Denyut nadi melemah
-
Terjadi perubahan
derajat kesadaran, penderita terlihat ngantuk atau tertidur terus menerus
-
Urine sangat sedikit
-
Peningkatan konsentrasi
hematokrit secara tiba-tiba
-
Tekanan darah menyempit
sampai kurang dari 20 mmhg
-
Hipotensi.
Pada tanda-tanda tersebut
berarti penderita mengalami dehidrasi yang signifikan (>10% berat badan
normal), sehingga diperlukan penggantian cairan segera secara intravena. Cairan
pengganti yang diberikan biasanya garam fisiologis, ringer laktat atau ringer
asetat, larutan garam fisiologis dan glukosa 5%, plasma dan plasma substitute
Pemberian cairan pengganti
harus diawasi selama 24 - 48 jam, dan dihentikan setelah penderita
terrehidrasi, biasanya ditandai dengan jumlah urine yang cukup, denyut nadi
yang kuat dan perbaikan tekanan darah.infus juga harus diberikan kalau kadar
hematokrit turun sampai 40% .
Bila pemberian cairan
intravena diteruskan setelah tanda-tanda ini dicapai, akan terjadi overhidrasi,
mengakibatkan jumlah cairan berlebih dalam pembuluh darah, edema paru-paru dan
gagal jantung. Oksigen diberikan pada penderita dalam keadaan syok. Transfusi
darah hanya diberikan pada penderita dengan tanda-tanda perdarahan yang
signifikan.
Gambar Penanganan Pada DBD Syok
Pencegahan
Saat ini, tidak tersedia
vaksin untuk demam berdarah. Karena itu, pencegahan terbaik adalah dengan
menghilangkan genangan air yang dapat menjadi sarang nyamuk, dan menghindari
gigitan nyamuk.
Pengembangan vaksin untuk
dengue sangat sulit karena keempat jenis serotipe virus bisa mengakibatkan
penyakit. Perlindungan terhadap satu atau dua jenis serotipe ternyata
meningkatkan resiko terjadinya penyakit yang serius. Saat ini sedang dicoba
dikembangkan vaksin terhadap keempat serotipe sekaligus. Sampai sekarang
satu-satunya usaha pencegahan atau pengendalian dengue dan DHF adalah dengan
memerangi nyamuk yang mengakibatkan penularan. A. Aegypti berkembang biak
terutama di tempat-tempat buatan manusia, seperti wadah plastik, ban mobil
bekas dan tempat-tempat lain yang menampung air hujan.
Pengendalian nyamuk
tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat yaitu
:
- Lingkungan Metode lingkungan untuk mengendalikan perkembangbiakan vektor yakni dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) :
a. Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu.
b. Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali.
c. Menutup dengan rapat tempat penampungan air.
d. Mengubur kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah.
- Biologis Metode kontrol biologi ditujukan untuk stadium larva dari vektor. Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik seperti Gambusia affinis dan Poecilia reticulate (ikan adu/ikan cupang), bakteri penghasil endotoksin (Bacills thuringiensis serotipe H-14 dan Bacillus sphaericus).
- Kimiawi Cara pengendalian ini antara lain dengan:
-
Pengasapan/fogging
(dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna untuk mengurangi
kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu. Pengasapan secara luas
digunakan dengan alasan harga.
-
Memberikan bubuk abate
(temephos) pada tempat-tempat
penampungan air seperti gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.
Cara yang paling efektif
dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan cara-cara di atas,
yang disebut dengan “3M Plus”, yaitu :
- Menguras bak air
- Menutup tempat-tempat yang mungkin menjadi tempat berkembang biak nyamuk
- Mengubur barang-barang bekas yang bisa menampung air.
Selain itu juga melakukan
beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida,
menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan
insektisida, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dll sesuai dengan
kondisi setempat.
Referensi
Kristina,
Isminah, Wulandari L. Demam Berdarah
Dengue. Badan Litbang Depkes RI 2004;(online),
(http://www.litbang.depkes.go.id/index.htm, diakses 7 april 2010).
World Health
Organization. Dengue haemorrhagic fever:
diagnosis, treatment, prevention and control. 2nd ed. Geneva:
WHO,1997.
WHO Regional
Office for South Asia. Dengue. South
East Asia Region 2006;
(online),http://www.searo.who.int/EN/Section10/Section332_1103.htm,diakses 7
april 2010).
Sya’roni, A. Demam berdarah dengue, prevalensi dan
fluktuasi dalam 10 tahun (1991-2000) di bagian penyakit dalam FK UNSRI/RSMH
Palembang, Indonesia.
JKK 2004.
Wichmann O,
Gascon J, Schunk M, Puente S, Sikamaki H, Gjorup, et al. Severe dengue infection in travelers: risk factor and laboratory
indicator. The Journal of Infectious Diseases 2007.
Tantracheewathorn
T. Risk factors of dengue shock syndrome
in children. J. Med Assoc Thai 2007.
Kaspan MF,
Soejoso DA,Soegijanto S, Ismoedijanto, Parwati Sb, Widodo D. Tatalaksana penderita demam berdarah dengue
klasik dan demam berdarah dengue. Pedoman diagnosis dan terapi. Surabaya:
Lab/UPF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dokter
Soetomo,1994.
Rezeki S, Satari
HI. Demam berdarah dengue. Jakarta:
FKUI, 2002.
Collins F, Duane
J, Gubler, Hayes EB. Dengue and dengue
hemorrhagic fever. CDC 1992; (online),
(http://www.cdc.gov/search.htm, diakses 7-04-2010).
Aryati. Diagnosis laboratorium DBD terkini. Medicinal Jurnal Kedokteran 2004.
Farouk H. Demam berdarah, pemberantasan dan
pencegahannya ditinjau dari sudut Kesehatan Masyarakat.JKK 2004
Irene Malau. 30 juni 2006. Gejala Demam Berdarah
Dan Pertolongan Pertama. http://irene.malau.net/2006/06/30/gejala-demam-berdarah-dan-pertolongan-pertama/
Ada Obat Herbal Alami yang aman & efektif. Untuk Panggilan Cure Total +2349010754824, atau email dia drrealakhigbe@gmail.com Untuk Janji dengan (Dr.) AKHIGBE hubungi dia. Pengobatan dengan Obat Herbal Alami. Untuk: Demam Berdarah, Malaria. Menstruasi yang Nyeri atau Tidak Teratur. HIV / Aids. Penderita diabetes. Infeksi vagina. Keputihan Vagina. Gatal Dari Bagian Pribadi. Infeksi payudara. Debit dari Payudara. Nyeri & Gatal pada Payudara. Nyeri perut bagian bawah. Tidak Ada Periode atau Periode Tiba-tiba Berhenti. Masalah Seksual Wanita. Penyakit Kronis Tekanan Darah Tinggi. Rasa sakit saat berhubungan seks di dalam Pelvis. Nyeri saat buang air kecil. Penyakit Radang Panggul, (PID). Menetes Sperma dari Vagina Serta Untuk jumlah sperma rendah. Penyakit Parkinson. Lupus. Kanker. TBC Jumlah sperma nol. Bakteri Diare.Herpatitis A&B, Rabies. Asma. Ejakulasi cepat. Batu empedu, Ejakulasi Dini. Herpes. Nyeri sendi. Pukulan. Ereksi yang lemah. Erysipelas, Tiroid, Debit dari Penis. HPV. Hepatitis A dan B. STD. Staphylococcus + Gonorrhea + Sifilis. Penyakit jantung. Pile-Hemorrhoid. Rematik, tiroid, Autisme, pembesaran Penis, Pinggang & Nyeri Punggung. Infertilitas Pria dan Infertilitas Wanita. Dll. Ambil Tindakan Sekarang. hubungi dia & Pesan untuk Pengobatan Herbal Alami Anda: +2349010754824 dan kirimkan email ke drrealakhigbe@gmail.com Catatan Untuk Pengangkatan dengan (Dr.) AKHIGBE. Saya menderita kanker selama setahun dan tiga bulan meninggal karena sakit dan penuh patah hati. Suatu hari saya mencari melalui internet dan saya menemukan kesaksian penyembuhan herpes oleh dokter Akhigbe. Jadi saya menghubungi dia untuk mencoba keberuntungan saya, kami berbicara dan dia mengirim saya obat melalui jasa kurir dan dengan instruksi tentang bagaimana meminumnya. Untuk kejutan terbesar saya minum obat herbal dalam waktu tiga minggu saya mendapat perubahan dan saya sembuh total . Saya tidak benar-benar tahu bagaimana itu terjadi tetapi ada kekuatan dalam pengobatan herbal Dr Akhigbe. Dia adalah dokter jamu yang baik.
BalasHapus