Minggu, 11 November 2012

FLU BURUNG

                 FLU BURUNG


2.1 DEFINISI
Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Flu Burung adalah penyakit influenza pada unggas, baik burung, bebek, ayam, serta beberapa binatang yang lain seperti babi. Data lain menunjukkan penyakit ini bisa terdapat burung puyuh dan burung onta.Virus flu burung termasuk ke dalam genus influenza dan famili Orthomyxoviridae. Virus
influenza terdiri dari beberapa tipe antara lain tipe A, B dan C. Virus flu burung/avian influenza merupakan virus influenza tipe A sedangkan virus influenza B dan C hanya menginfeksi manusia. Virus influenza tipe A memiliki dua jenis glikoprotein permukaanyaitu Hemaglutinin (H) dan Neuraminidase (N), kedua protein permukaan ini akan menentukan subtipe virus flu burung yang banyak jenisnya. Virus influenza tipe A memiliki 16 subtipe H dan 9 subtipe N.
Flu Burung merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat membunuh seluruh ternak unggas di areal usaha peternakan, dapat menyebar dengan cepat ke areal peternakan lain dan di seluruh tanah air dan dapat menyebabkan manusia sakit dan meninggal. Virus penyebab Flu Burung di Indonesia adalah Virus Influenza A subtipe H5N1.
Virus influenza A subtipe H5N1 adalah salah satu virus tipe A yang dikenal sebagai virus influenza unggas yang sangat patogen (Highly Pathogenic Avian Influenza - HPAI).
Penyakit ini menular dari burung ke burung, tetapi dapat juga menular ke manusia. Penyakit ini dapat menular lewat udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekreta burung atau unggas yang menderita influenza. Sampai saat ini belum terbukti adanya penularan dari manusia ke manusia. Penyakit ini terutama menyerang peternak unggas ( penyakit akibat kerja ).


2.2 PENYEBAB DAN TINGKAT KEGANASAN
Flu Burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus. Virus influenza A subtipe H5N1 adalah salah satu virus tipe A yang dikenal sebagai virus influenza unggas yang sangat patogen (Highly Pathogenic Avian Influenza - HPAI).
Penyakit ini menular dari burung ke burung, tetapi dapat juga menular ke manusia. Penyakit ini dapat menular lewat udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekreta burung atau unggas yang menderita influenza. Sampai saat ini belum terbukti adanya penularan dari manusia ke manusia. Penyakit ini terutama menyerang peternak unggas ( penyakit akibat kerja ).
Penyakit ini dapat muncul dalam beberapa bentuk yang berbeda:
o Tanda-tanda klinis yang umum dan parah = Highly Pathogenic (HPAI)
o Tanda-tanda klinis pada pernafasan dan ringan = Low Pathogenic (LPAI)
o Tidak ada tanda-tanda klinis.







2.2 EPIDEMIOLOGI
Penyebaran penyakit flu burung jelas melintasi batas negara; tetapi walau mewabah di benua Asia, penyakit ini merupakan penyakit eksotis (belum pernah ada ) di Indonesia. Penyakit yang menjangkiti pekerja atau orang yang hidup di lingkungan peternakan unggas ini merupakan penyakit mematikan.
Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1 pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi di Korea Selatan, Vietnam, Jepang, Hongkong, Belanda, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Pakistan dan Indonesia.Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi. Jalur Pantura-Indonesia, khususnya Kabupaten Indramayu bisa saja termasuk daerah terjangkit virus penyebab penyakit flu burung karena wilayah udaranya selama ini menjadi jalur lalu lintas jutaan burung setiap pergantian musim. Burung dari Australia atau Eropa, dalam perjalanan migrasinya yang menempuh ribuan kilometer, mengambil kepulauan Rakit sebagai tempat peristirahatan atau transit. Pulau Rakit Utara, Gosong dan Rakit Selatan atau Pulau Biawak menjadi tempat persinggahan jutaan ekor burung yang tinggal cukup lama, 2 - 2,5 bulan, bereproduksi, kawin dan banyak yang sampai menetaskan telurnya.
Pada Januari 2004, di beberapa propinsi di Indonesia terutama Bali, Botabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat dilaporkan kejadian kematian ayam ternak yang luar biasa. Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh virus NewCastle, namun konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung / Avian influenza (AI). Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 propinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%); paling tinggi di propinsi Jawa Barat (1.541.427 ekor).Kehebohan bertambah ketika wabah tersebut menyebabkan sejumlah manusia juga meninggal.
Pada 19 Januari 2004, pejabat WHO mengkonfirmasikan lima warga Vietnam tewas akibat flu burung.Sementara itu di negara Thailand sudah enam orang tewas akibat terserang flu burung,seorang anak berusia 6 tahun dipastikan menjadi orang Thailand pertama yang dikonfirmasi tewas akibat wabah tersebut.
Epidemiologist dari Pusat Pengawasan Penyakit - Dr. Danuta Skowronski, mengatakan bahwa 80% kasus flu burung menyerang anak-anak dan remaja.Tingkat kematian akibat flu burung sangat tinggi. Di Vietnam, WHO menemukan bahwa 8 dari 10 orang yang terinfeksi meninggal, seorang sembuh dan seorang lagi dalam kondisi kritis.
Penelitian sementara (serosurvei) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan dan Dirjen P2MPLP, Depkes RI pada tanggal 1-3 Februari 2004 di sejumlah wilayah Indonesia (Kabupaten Tangerang - Banten dan Kabupaten Tabanan & Karang Asem - Bali) belum menemukan kasus flu burung pada manusia. Melihat kenyataan ini seyogyanya masyarakat tidak perlu panik dengan adanya kasus flu burung di Indonesia, tetapi tetap waspada, terutama bagi kelompok yang berisiko karena di negara lain virus ini telah menginfeksi manusia.


2.3 PATOFISIOLOGI
  1. Etiologi
Penyebab flu burung adalah virus influenza, yang termasuk tipe A subtipe H5, H7 dan H9. Virus H9N2 tidak menyebabkan penyakit berbahaya pada burung, tidak seperti H5 dan H7. Virus flu burung atau avian influenza ini awalnya hanya ditemukan pada binatang seperti burung, bebek dan ayam. Namun sejak 1997, virus ini mulai "terbang" ke manusia ( penyakit zoonosis ).Subtipe virus yang ditemukan pada akhir tahun 2003 dan awal tahun 2004, baik pada unggas maupun pada pasien di Vietnam dan Thailand, adalah jenis H5N1.
Perlu diketahui bahwa virus influenza pada umumnya, baik pada manusia atau pada unggas, adalah dari kelompok famili Orthomyxoviridae. Ada beberapa tipe virus influenza pada  manusia dan binatang yaitu virus influenza tipe A, B dan C. Virus influenza tipe A memiliki dua sifat mudah berubah : antigenic shift dan antigenic drift, dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi.
Pada manusia, virus A dan B dapat menyebabkan wabah flu yang cukup luas. Sementara virus C menyebar secara periodik, ringan, dan tidak menyebabkan wabah. Pada permukaan virus A, ada dua glikoprotein, yaitu hemaglutinin (H) dan neuraminidase (N). Untuk mengklasifikasikannya secara rinci, masing-masing tipe tersebut dibagi menjadi subtipe berdasar kelompok hemaglutinin (H) dan neuraminidase (N). Klasifikasinya adalah H1 sampai H15 dan N1 sampai N9. Perbedaan H merupakan dasar subtipe. Influenza pada manusia sejauh ini disebabkan pada virus H1N1, H2N2 dan H3N2, serta virus avian H5N1, H9N2, H7N7.
Strain yang sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1. Hasil studi menunjukkan bahwa unggas sakit (oleh influenza A H5N1) dapat mengeluarkan virus dalam jumlah besar dalam kotorannya. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22°C dan lebih dari 30 hari pada 0°C. Di dalam kotoran dan tubuh unggas yang sakit, virus dapat bertahan lebih lama. Virus akan mati pada pemanasan 60°C selama 30 menit atau 56°C selama 3 jam dan dengan detergen, desinfektan misalnya formalin, serta cairan mengandung iodin.
Virus penyebab flu burung di Indonesia adalah virus influenza tipe A subtype H5N1. Virus influenza tipe A subtype H5N1 adalah salah satu virus tipe A yang dikenal sebagai virus influenza unggas yang pathogen (Highly Pathogenic Avian Influenza-HPAI).
Sifat virus influenza tipe A:
a.      Dapat bertahan hidup di air selama 4 hari pada suhu 22°C dan lebih dari 30 hari pada suhu 0°C
b.      Virus akan mati pada pemanasan 80°C. 60°C selama 30 menit, 56°C selama 3 jam.
c.      Didalam kotoran dan unggas yang sakit, virus dapat bertahan lebih lama.
d.      Mati dengan sinar UV, detergen, desinfektan (seperti formalin), cairan yang mengandung iodine serta natrium kalium hipoklorit (seperti pemutih baju).

Masa Inkubasi :
·         Pada unggas : 1 minggu
·         Pada manusia : 1-3 hari , masa infeksi - 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala; pada anak sampai 21 hari.

B.    Patogenesis
Proses penyebaran flu burung belum sepenuhnya dipahami. Bebek dan angsa yang merupakan ordo Anseriformes serta flu burung camar dan burung laut dari ordo Charadriiformes adalah pembawa (carrier) virus influenza A subtipe H5 dan H7. Virus yang dibawa oleh unggas ini umumnya kurang ganas (LPAIV). Unggas air liar ini juga menjadi reservoir alami untuk semua virus influenza. Diperkirakan penyebaran virus flu burung karena adanya migrasi dari unggas liar tersebut. Beberapa cara penularan virus flu burung yang mungkin terjadi :
1.   Penularan Antar Unggas
Flu burung dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran unggas yang sakit. Penularan juga bisa terjadi melalui air minum dan pasokan makanan yang telah terkontaminasi oleh kotoran yang terinfeksi flu burung. Di peternakan unggas, penularan dapat terjadi secara mekanis melalui peralatan, kandang, pakaian ataupun sepatu yang telah terpapar pada virus flu burung (H5N1) juga pekerja peternakan itu sendiri. Jalur penularan antar unggas di peternakan, secara berurutan dari yang kurang berisiko sampai yang paling berisiko adalah melalui :
·      Pergerakan unggas yang terinfeksi
·      Kontak langsung selama perjalanan unggas ke tempat pemotongan
·      Lingkungan sekitar (tetangga) dalam radius 1 km
·      Kereta/lori yang digunakan untuk mengangkut makanan, minuman unggas dan lain-lain
·      Kontak tidak langsung saat pertukaran pekerja dan alat-alat
2.   Penularan dari Unggas Ke Manusia
Penularan virus flu burung dari unggas ke manusia dapat terjadi ketika manusia kontak dengan kotoran unggas yang terinfeksi flu burung, atau dengan permukaan atau benda-benda yang terkontaminasi oleh kotoran unggas sakit yang mengandung virus H5N1.
Orang yang berisiko tinggi tertular flu burung adalah :
·      Pekerja di peternakan ayam
·      Pemotong ayam
·      Orang yang kontak dengan unggas hidup yang sakit atau terinfeksi flu burung
·      Orang yang menyentuh produk unggas yang terinfeksi flu burung
·      Populasi dalam radius 1 km dari lokasi terjadinya kematian unggas akibat flu burung

3.             Penularan Antar Manusia
Pada dasarnya sampai saat ini, H5N1 tidak mudah untuk menginfeksi manusia dan apabila seseorang terinfeksi, akan sulit virus itu menulari orang lain. Pada kenyataannya, penularan manusia ke manusia, terbatas, tidak efisien dan tidak berkelanjutan.
Menurut WHO, pada 2004 di Thailand dan 2006 di Indonesia, diduga terjadi adanya penularan dari manusia ke manusia tetapi belum jelas. 3 Model penularan ini perlu diantisipasi secara serius karena memiliki dampak yang sangat merugikan dan mengancam kesehatan, kehidupan sosial, ekonomi dan keamanan manusia. Hal ini sangat mungkin terjadi karena virus flu burung memiliki kemampuan untuk menyusun ulang materi genetik virus flu burung dengan virus influenza manusia sehingga timbul virus Influenza subtipe baru yang sangat mudah menular (reassortment).
4.             Penularan dari Lingkungan ke Manusia
Secara teoritis, model penularan ini dapat terjadi oleh karena ketahanan virus H5N1 di alam atau lingkungan. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti mekanisme penularan flu burung pada manusia namun diperkirakan melalui saluran pernapasan karena dari hasil penelitian didapatkan reseptor H5N1 pada saluran napas manusia terutama saluran napas bagian bawah dan setiap orang memiliki jumlah reseptor yang berbeda-beda, sedangkan pada saluran percernaan ditemukan reseptor dalam jumlah yang sangat sedikit namun belum bisa dibuktikan penularan flu burung melalui saluran pencernaan dan ada referensi yang mengatakan bahwa reseptor H5N1 pada manusia hanya terdapat pada saluran pernapasan jadi hal ini masih diperdebatkan. Kotoran unggas, biasanya kotoran ayam yang digunakan sebagai pupuk, menjadi salah satu faktor risiko penyebaran flu burung.
Penyakit ini dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekret burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan unggas ke manusia juga dapat terjadi jika manusia telah menghirup udara yang mengandung virus flu burung (H5N1) atau kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung.
5.             Penularan ke Mamalia Lain
Virus flu burung (H5N1) dapat menyebar secara langsung pada beberapa mamalia yang berbeda yaitu babi, kuda, mamalia yang hidup di laut, familia Felidae (singa, harimau, kucing) serta musang (stone marten).Flu burung bisa menulari manusia bila manusia bersinggungan langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung. Virus flu burung hidup di saluran pencernaan unggas. Unggas yang terinfeksi dapat pula mengeluarkan virus ini melalui tinja, yang kemudian mengering dan hancur menjadi semacam bubuk. Bubuk inilah yang dihirup oleh manusia atau binatang lainnya.
Menurut WHO, flu burung lebih mudah menular dari unggas ke manusia dibanding dari manusia ke manusia. Belum ada bukti penyebaran dari manusia ke manusia, dan juga belum terbukti penularan pada manusia lewat daging yang di-konsumsi. Satu-satunya cara virus flu burung dapat menyebar dengan mudah dari manusia ke manusia adalah jika virus flu burung tersebut bermutasi dan bercampur dengan virus flu manusia.
Virus ditularkan melalui saliva dan feses unggas. Penularan pada manusia karena kontak langsung, misalnya karena menyentuh unggas secara langsung, juga dapat terjadi melalui kendaraan yang mengangkut binatang itu, di kandangnya dan alat-alat peternakan ( termasuk melalui pakan ternak ).
Penularan dapat juga terjadi melalui pakaian, termasuk sepatu para peternak yang langsung menangani kasus unggas yang sakit dan pada saat jual beli ayam hidup di pasar serta berbagai mekanisme lain.









Gambar 1: Kontak langsung dan tidak langsung yang mungkin diantara ternak unggas yang terinfeksi dan tidak terinfeksi yang bisa membawa Flu Burung ke peternakan.


Kontak Langsung                                                         Kontak tidak langsung






Burung liar

 




Burung liar

 


 
















:Kontak langsung dengan:
·       Unggas yang terinfeksi, sebagai contoh: unggas sehat bercampur dengan unggas yang terinfeksi saat berkeliaran di halaman atau berada dalam satu kandang.
·       Burung-burung liar yang terinfeksi, contoh:saat mereka berada di sawah.
Kontak tidak langsung melalui:
·       Kotoran dari unggas yang terkena virus atau burung-burung liar.
·       Sumber air (danau, kolam) yang tercemar kotoran dan atau bulu dari unggas yang terinfeksi atau burung-burung liar.
·       Jerami tempat sarang unggas yang terinfeksi.
·        Virus yang terbawa oleh orang-orang yang datang dari daerah yang terjangkit melalui sepatu, baju, perkakas (cangkul, sekop, sangkar, bak atau peti telur) dan alat transportasi (sepeda dan ban sepeda motor).
·       Pakan unggas yang terinfeksi
Dalam hal penularan dari unggas ke manusia, perlu ditegaskan bahwa penularan pada dasarnya berasal dari unggas sakit yang masih hidup dan menular. Unggas yang telah dimasak, digoreng dan lain-lain, tidak menularkan flu burung ke orang yang memakannya. Virus flu burung akan mati dengan pemanasan 80°C selama 1 menit.
Kemampuan virus flu burung adalah membangkitkan hampir keseluruhan respon "bunuh diri" dalam sistem imunitas tubuh manusia. Makin banyak virus itu tereplikasi, makinn banyak pula produksi sitokin-protein dalam tubuh yang memicu peningkatan respons imunitas dan berperan penting dalam peradangan. Sitokin yang membanjiri aliran darah karena virus yang bertambah banyak, justru melukai jaringan tubuh (efek bunuh diri).
Flu Burung banyak menyerang anak- anak di bawah usia 12 tahun. Hampir separuh kasus flu burung pada manusia menimpa anak-anak, karena sistem kekebalan tubuh yang belum begitu kuat.


2.4 GAMBARAN KLINIS
A. Tanda dan Gejala pada unggas
Gejala pada unggas yang sakit cukup bervariasi, mulai dari gejala ringan (nyaris tanpa gejala),sampai sangat berat. Hal ini tergantung dari keganasan virus, lingkungan, dan keadaan unggas sendiri.
1.   Jengger berwarna biru
2.   Pendarahan merata pada kaki yang berupa bintik-bintik merah atau sering terdapat borok di kaki yang disebut dengan ”kaki kerokan”.
3.   Adanya cairan pada mata dan hidung sehingga terjadi gangguan pernapasan berupa batuk dan bersin
4.   Gangguan reproduksi berupa penurunan produksi telur.
5.   Keluar cairan jernih sampai kental dari rongga mulut
6.   Demam, diare dan tidak mau makan
7.   Haus berlebihan dan cangkang telur lembek
8.   Kematian mendadak dan sangat tinggi jumlahnya mendekati 100% dalam waktu 2 hari, maksimal 1 minggu



  1. Tanda dan Gejala pada manusia
Gejala flu burung pada dasarnya adalah sama dengan flu biasa lainnya, hanya cenderung lebih sering dan cepat menjadi parah. Masa inkubasi antara mulai tertular dan timbul gejala adalah sekitar 3 hari; sementara itu masa infeksius pada manusia adalah 1 hari sebelum, sampai 3-5 hari sesudah gejala timbul; pada anak dapat sampai 21 hari.
            Gejalanya :
1.   Demam
2.   Batuk dan sakit tenggorokan
3.   Sakit kepala, nyeri otot dan sendi
4.   Infeksi selaput mata ( conjunctivitis ).
5.   Bila keadaan memburuk, dapat terjadi severe respiratory distress yang ditandai dengan sesak nafas hebat, rendahnya kadar oksigen darah serta meningkatnya kadar CO2. Keadaan ini umumnya terjadi karena infeksi flu yang menyebar ke paru dan menimbulkan pneumonia. Radang paru (pneumonia) ini dapat disebabkan oleh virus itu sendiri atau juga oleh bakteri yang masuk dan menginfeksi paru yang memang sedang sakit akibat flu burung ini.


2.5 KLASIFIKASI DIAGNOSIS
Diagnosis bisa ditegakkan dengan :
  1. Anamnesis tentang gejala yang diderita oleh penderita dan adanya riwayat kontak atau adanya faktor risiko, seperti kematian unggas secara mendadak atau unggas sakit di peternakan/dipelihara di rumah, atau kontak dengan pasien yang didiagnosis avian influenza (H5N1), atau melakukan perjalanan ke daerah endemis avian influenza 7 hari sebelum timbulnya gejala .
  2. Pemeriksaan fisik: suhu tubuh > 38º C, napas cepat dan hiperemi farings (farings kemerahan).
  3. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) diperoleh leukopenia, limfopenia trombositopenia ringan sampai sedang dan kadar aminotransferase yang meningkat sedikit atau sedang, kadar kreatinin juga meningkat.
  4. Pemeriksaan analisis gas darah dan elektrolit diperlukan untuk mengetahui status oksigenasi pasien, keseimbangan asam-basa dan kadar elektrolit pasien.
  5. Pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi adanya avian influenza H5N1 dengan Immunofluorescence assay, Enzyme Immunoassay, Polymerase Chain Reaction (PCR) dan Real-time PCR assay, Biakan Virus. Dari hasil pemeriksaan ini dapat ditentukan status pasien apakah termasuk curiga (suspect), mungkin (probable) atau pasti (confirmed).
Departemen Kesehatan RI membagi diagnosis flu burung pada manusia menjadi kasus suspek, probable dan kasus konfirmasi.
Kasus suspek flu burung adalah seseorang dengan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dengan gejala demam (suhu > 38°C), batuk dan atau sakit tenggorokan dengan salah satu keadaan :
a.     Seminggu terakhir mengunjungi peternakan yang terjangkit KLB flu burung
b.    Kontak dengan kasus konfirmasi flu burung dalam masa penularan
c.     Bekerja di laboratorium yang memproses spesimen manusia atau hewan yang dicurigai menderita flu burung.
Sementara itu kasus probable adalah kasus suspek disertai salah satu keadaan :
a.     Bukti laboratorium terbatas mengarah ke virus influenza A H5N1, misalnya tes menggunakan antigen H5N1.
b.    Dalam waktu singkat, berlanjut menjadi pneumonia / gagal pernafasan / meninggal.
c.     Terbukti tidak ada penyebab lain.

Klasifikasi diagnosis ketiga adalah kasus yang sudah pasti atau kasus konfirmasi, yang definisinya adalah kasus yang :
a. Hasil kultur virus influenza H5N1 (+)
b. Hasil PCR influenza H5 (+)
c. Terjadi peningkatan titer antibodi H5 sebesar 4 kali.
  1. Pada pemeriksaan radiologi dengan melakukan X-foto toraks didapatkan gambaran infiltrat yang tersebar atau terlokalisasi pada paru. Hal ini menunjukkan adanya proses infeksi oleh karena virus atau bakteri di paru-paru atau yang dikenal dengan pneumonia. Gambaran hasil radiologi tersebut dapat menjadi indikator memburuknya penyakit avian influenza








2.6 PENATALAKSANAAN
A.   Penyuluhan
Penyuluhan tentang pencegahan dan penanggulangan penyakit flu burung (virus H5N1) perlu dilaksanakan secara berkelanjutan mengingat sebagian besar penyebab penyakit flu burung (virus H5N1) adalah karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam melindungi diri mereka terhadap penyakit-penyakit virus tersebut. Penyuluhan dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung.
Penyuluhan langsung dapat dilakukan secara perorangan maupun kelompok; sedangkan penyuluhan tidak langsung dapat dilakukan melalui penyampaian pesan-pesan penting dalam bentuk brosur, leaflet atau tulisan dan gambar di dalam media cetak atau elektronik.
Petugas kesehatan diharapkan dapat memberikan penyuluhan secara personal dengan pasien penyakit flu burung (virus H5N1). Penyuluhan secara personal dapat meningkatkan upaya pencegahan penularan maupun ketertularan serta kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatannya manakala terserang. Hendaknya Petugas kesehatan memastikan bahwa pasien tahu tentang penyakit yang dideritanya, pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan yang disarankan serta akibat dari ketidakpatuhan atau kelalaian dalam menjalankan terapi pengobatannya. Keluarga pasien harus diberi pengertian bahwa penyakit flu burung (virus H5N1), dapat menimbulkan komplikasi lebih lanjut seperti kematian apabila tidak ditangani dengan baik. Keluarga harus segera melapor bila ada dugaan ketertularan atau gejala influenza karena flu burung (virus H5N1) maupun bila ada unggas yang mati tiba-tiba dengan dugaan flu burung (virus H5N1). Demikian pula perlu disampaikan bahwa swamedikasi tidak disarankan tanpa keberadaan tenaga kesehatan yang mengerti tentang hal ini.


B.   Pencegahan
Pengendalian atau penanggulangan flu burung yang terbaik adalah mencegah agar tidak terjadi penularan baik itu ke hewan maupun manusia. Kebiasaan pola hidup sehat tetap berperanan penting. Secara umum pencegahan flu tentunya tetap menjaga daya tahan tubuh, makan yang seimbang dan bergizi, istirahat teratur dan olahraga teratur. Penanggulangan terbaik saat ini memang berupa penanganan langsung pada unggas yaitu pemusnahan unggas atau burung yang terinfeksi flu burung, dan vaksinasi unggas yang sehat. Berikut adalah hal – hal yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan flu burung :
1.     Cara mencegah perpindahan virus Flu Burung antar unggas
    1. Masukkan unggas kedalam kandang, jangan biarkan berkeliaran.
    2. Kandangkan masing-masing unggas dalam kandang yang berbeda.
    3. Pilih atau beli ayam atau bebek atau unggas muda yang sehat. Pisahkan unggas yang baru dibeli setidaknya selama dua minggu.
    4. Jika unggas terlihat sakit, segera pisahkan dari yang lainnya.
    5. Cuci tangan dengan sabun sesudah kontakdengan unggas.
    6. Transportasikan hanya unggas yang sehat
    7. Bersihkan halaman di sekitar kandang setiap hari (buanglah kotoran unggas maupun bulunya. Bakar atau kuburkan kotorannya).
    8. Cuci dan bersihkan peralatan yang dipakai di peternakan dengan disinfektan seminggu sekali.
    9. Bersihkan, cuci, kemudian suci hamakan kandangnya dengan disinfektan atau bahan kimia lainnya. Seperti cairan pemuti hpakaian.
    10. Siapapun (termasuk Anda dan keluarga Anda) yang masuk ke halaman peternakan, cuci sol sepatu dengan air bersabun atau berikan sepatu yang bersih saat mereka memasuki gerbang.
    11. Beri pakan yang menyehatkan dan air bersih pada unggas.
    12. Beri vaksin unggas yang sehat jika memungkinkan untuk mencegah berjangkitnya infeksi virus Flu Burung.
Langkah-langkah yang harus kita perbuat jika unggas mati mendadak dan dalam jumlah yang banyak
    1. Laporkan kepada aparat berwenang terutama ke Dinas Pertanian/Peternakan atau Dinas Kesehatan.
    2. Jangan buang unggas yang mati.
    3. Musnahkan unggas dengan cara dibakar atau kuburkan bangkai dengan kedalaman galian setinggi lutut orang dewasa.
    4. Gunakan alat pelindung (masker, sarung tangan, sepatu bot,baju lengan panjang, celana panjang dan topi).
    5. Bersihkan badan sesudahnya dan cuci semua pakaian dengan sabun
    6. Bersihkan, cuci, kemudian suci hamakan dengan disinfektan seperti pemutih dan Chlor, tepung kapur atau karbol untuk membersihkan sarang, kandang dan alat transportasi.
    7. Bersihkan sepatu atau sandal, peralatan, roda atau ban mobil transportasi sebelum memasuki dan setelah meninggalkan kandang unggas. Bagi pedagang, jangan parkir kendaraan dekat kandang.
    8. Cuci tangan dengan sabun setelah kontak dengan unggas.
    9. Salinlah baju dan cuci pakaian dengan sabun setelah kontak dengan unggas.
    10. Kandang harus dikosongkan selama 2 minggu sehingga bebas virus Flu Burung.
    11. Hanya menjual atau membeli dan mengangkut unggas sehat.

2.   Pencegahan pada manusia
a.   Kelompok berisiko tinggi ( pekerja peternakan dan pedagang )
·      Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja.
·      Hindari kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung yaitu menghindari terpapar/terkena cairan yang ada pada paruh, hidung dan mata unggas yang sakit.
·      Menggunakan alat pelindung diri ( contoh : masker dan pakaian kerja ).
·      Meninggalkan pakaian kerja di tempat kerja.
·      Jangan memegang unggas yang mati mendadak tanpa sarung tangan, penutup hidung/mulut,sepatu/penutup kaki. Sebaiknya segera kubur unggas itu.
·      Bahan yang berasal dari saluran cerna unggas, seperti tinja harus ditatalaksana dengan baik ( ditanam atau dibakar ) agar tidak menjadi sumber penularan bagi orang di sekitarnya.
·      Jauhkan kandang unggas dari rumah tinggal. Kandangkan unggas dalam kurungan agar tidak tertular penyakit dari unggas lain.
·      Kandang dan tinja tidak boleh dikeluarkan dari lokasi peternakan.
·      Cuci tangan dengan sabun setelah memegang unggas atau telur. Mandi dan cuci pakaian setelah mengubur unggas mati.
·      Alat-alat yang digunakan dalam peternakan harus dicuci dengan desinfektan.
·      Bersihkan kandang dan alat transportasi yang membawa unggas.
·      Lalu lintas orang keluar masuk kandang dibatasi.
·      Imunisasi unggas yang sehat
b.   Masyarakat Umum
·      Menjaga daya tahan tubuh dengan makan makanan bergizi dan istirahat cukup.
·      Tidak mengimpor daging ayam dari tempat yang diduga terkena wabah avian flu
·      Jangan mengkonsumsi daging unggas yang terkena flu burung.
·      Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu :
o   Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit di tubuhnya).
o   Pisahkan daging mentah dari makanan matang atau makanan yang siap dimakan. Jangan menggunakan papan pemotong atau pisau yang sama untuk menyiapkan daging mentah dan makanan matang atau makanan yang siap dimakan.
o   Setelah memegang makanan mentah, jangan memegang makanan matang sebelum mencuci tangan anda.
o   Jangan menaruh kembali daging yang telah dimasak pada piring atau tempat yang digunakan untuk menaruh daging tersebut sebelum dimasak.
o   Semua makanan dari unggas, termasuk telur dan darah unggas harus dimasak sampai matang. Kuning telur tidak boleh masih encer atau cair. Karena virus flu burung mati jika terkena panas. Memasak daging ayam sampai dengan suhu ± 80°C selama 1 menit dan telur sampai dengan suhu ± 64°C selama 5 menit
o   Cucilah kulit telur dalam air bersabun sebelum menggunakan dan memasak, dan setelah itu cucilah tangan anda.
o   Jangan menggunakan telur mentah atau setengah matang dalam makanan yang tidak akan dimasak.
o   Setelah memegang daging unggas mentah atau telur, cucilah tangan anda dan semua permukaan serta peralatan dengan bersih dengan mengunakan sabun dan air.
·      Anak-anak mudah tertular flu burung. Jauhkan dan jangan dibiarkan bermain dengan unggas, telur, bulu unggas, dan lingkungan yang tercemar kotoran unggas.
·      Buang dan timbunlah dengan tanah, kotoran unggas yang ada disekitar rumah.
·      Bila ada yang merasa terkena flu, badan panas, pusing, sesak napas setelah ada unggas mati mendadak, segera pergi ke Puskesmas atau dokter. Jangan sampai terlambat

C.    Pengobatan
Seperti penyakit virus lainnya, sebenarnya penyakit ini belum ada obat yang efektif. Penderita hanya akan diberi obat untuk meredakan gejala yang menyertai penyakit flu itu, seperti demam, batuk atau pusing. Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat telah merekomendasikan 4 (empat) jenis obat antiviral untuk pengobatan dan pencegahan influenza A.
Dapat bersifat simtomatik sesuai gejala yang ada; jika batuk dapat diberi obat batuk dan jika sesak dapat diberi bronkodilator. Pasien juga harus mendapat terapi suportif, makanan yang baik dan bergizi, jika perlu diinfus dan istirahat cukup. Secara umum daya tahan tubuh pasien haruslah ditingkatkan.  
Selain itu dapat pula diberikan obat anti virus. Ada 2 jenis yang tersedia :
1.     kelompok M2 inhibitors yaitu amantadine dan rimantadine
Amantadine dan rimantadine diberikan pada awal penyakit, 48 jam pertama selama 3 ­ 5 hari, dengan dosis 5 mg/kg bb./ hari, dibagi 2 dosis. Jika berat badan lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali sehari
2.     kelompok dari neuraminidase inhibitors yaitu oseltamivir dan zanimivir.
Oseltamivir yang diberikan secara oral dan zanamivir secara inhalasi (dihirup) efektif melawan virus H5N1. Selain digunakan dalam pengobatan, oseltamivir juga dapat dimanfaatkan sebagai profilaksis atau pencegahan terhadap penyakit flu burung. Oseltamivir diberikan 75 mg, 1 kali sehari selama 1 minggu.
Keempat obat ini dapat digunakan yang biasa kita kenal (seasonal influenza). Akan tetapi, tidak semua obat antivirus ini dapat digunakan untuk mengobati penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus influenza A subtipe H5N1
Pengalaman tahun 1997 di Hongkong menunjukkan bahwa amantadine dan rimantadine masih sensitif terhadap H5N1 secara in vitro, sementara di Vietnam (2004) pernah dilaporkan kedua obat itu sudah tidak mempan lagi terhadap jenis virus yang ada di sana. Tetapi laporan WHO Global Influenza Surveillance Network yang melakukan penelitian pada 4 isolat H5N1 dari manusia dan 33 isolat dari unggas pada bulan Februari 2004 menunjukkan oseltamivir masih sensitif terhadap virus yang ada.

D.    Penanganan jika terjangkit flu burung
1.     Bawalah segera orang yang menderita demam tinggi tersebut ke rumah sakit terdekat.
2.     Jangan mengobati sendiri, minumlah obat yang diresepkan oleh dokter.
3.     Hindari kontak yang tak perlu dengan orang yang terinfeksi Flu Burung (H5N1). Jika harus terjadi kontak, gunakan pakaian pelindung.
4.     Hindari kontak dengan orang yang terinfeksi Flu Burung (H5N1). Jika harus terjadi kontak, gunakan pakaian apelindung.
5.     Penderita dirawat di ruang isolasi selama 7 hari (masa penularan) karena ditakutkan adanya transmisi melalui udara
6.     Oksigenasi, jika terdapat sesak napas dan cenderung ke arah gagal napas dengan mempertahankan saturasi O2 > 90 %
7.     Hidrasi, yaitu pemberian cairan parenteral (infus), atau minum yang banyak.
8.     Terapi simptomatis untuk gejala flu, seperti analgetika/antipiretika, dekongestan, antitusif.
9.     Oseltamivir (obat penghambat neuraminidase) diberikan untuk anak < 15 kg adalah 30 mg 2 kali sehari; berat badan >15--23 kg adalah 45 mg 2 kali sehari; berat badan >23--40 kg adalah 60 mg 2 kali sehari; dan berat badan >40 kg adalah 75 mg 2 kali sehari. Dosis untuk penderita berusia > 13 tahun adalah 75 mg 2 kali sehari. Harus diberikan dalam waktu 36 jam setelah onset influenza. Pemberian dilakukan selama 5 hari.
10.  Foto toraks ulang
11.  Laboratorium
12.  Pada kasus dengan respiratory distress, maka dilakukan pengobatan sesuai prosedur RDS sebagimana lazimnya, dan penderita dimasukkan ke ruang perawatan intensif (ICU).
13.  Selanjutnya dapat dirawat di ruang perawatan isoalsi biasa, jika:
·      Hasil usap tenggorokan negatif dengan PCR atau biakan
·      Setelah hari ke 7 demam, kecuali
o   Demam berlanjut sampai 7 hari
o   Sesuai pertimbangan dokter yang merawat penanganan
14.  Penanganan jenasah penderita flu burung
a.     Seluruh petugas pemulasaran jenasah harus mempersiapkan kewaspadaan standart. Jika diperlukan untuk memandikan jenasah atau perlakuan khusus terhadap jenasah maka hanya dapat dilakukan oleh petugas khusus dengan tetap memperhatikan kewaspadaan standart.
b.    Jenasah penderita flu burungØ ditutup dengan bahan yang terbuat dari plastik (tidak dapat ditembus oleh air). Dapat juga jenasah ditutup dengan bahan kayu atau bahan lainnya yang tidak mudah tercemar
c.     Jenasah tidak boleh lebih dari 4 jam disemayamkan di dalam pemulasaran jenasah.














 DAFTAR PUSTAKA



________________.Pencegahan dan Pengendalian Flu Burung (Avian Influenza) pada Peternakan Unggas Skala Kecil Buku Petunjuk bagi Paramedik. Veteriner. http://www.igive.com/isearch/NonStoreExit.cfm?type=1&isid=deda4e1b-a649-4ce3-91a3-4746b35f8296&rurl=http%3A%2F%2Fwww.fao.org%2Fdocs%2Feims%2Fupload%2F241491%2Fai304ind00.pdf. Diakses pada tanggal 10 april 2010.

Direktorat Bina Farmasi dan Klinik  Ditjen Bina Kefarmasian dan Kealatan. 2007.Pharmaceutical Care Untuk Pasien Flu Burung. http://ebooks.lib.unair.ac.id/download.php?id=1545. Diakses pada tanggal 10 april 2010.

Santoso, Mardi. 2006 Avian Influenza (Flu Burung). Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana/ SMF Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Koja. Diakses pada tanggal 10 april 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar