TUBERCULOSIS
PENGERTIAN
TB Paru adalah penyakit
menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis).
Sebagian besar kuman menyerang Paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh
lain (Dep Kes, 2003). Kuman TB berbentuk batang mempunyai sifat khusus yaitu
tahan terhadap asam pewarnaan yang disebut pula Basil Tahan Asam (BTA). TB Paru
adalah penyakit infeksi pada Paru yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis, yaitu bakteri tahan asam (Suriadi, 2001). TB Paru adalah infeksi
penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, suatu basil
tahan asam yang ditularkan melalui udara (Asih, 2004).
Virulensi bacilli
tuberkel berhubungan dengan kemampuannya menetap dan berkembang di tubuh
manusia dengan derajat resistensinya terhadap ketahanan tubuh. Setelah memasuki
tubuh yang rentan, perkembangan lesi selanjutnya tergantung jumlah organisme
yang masuk dan berhasil berkembang biak.
PENYEBAB
Penyakit TBC disebabkan
oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa, Bakteri ini berbentuk batang dan
bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA).
Jenis bakteri ini pertama kali ditemukan oleh seseorang yang bernama Robert
Koch pada tanggal 24 Maret 1882, Untuk mengenang jasa beliau maka bakteri
tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan penyakit TBCpada paru-paru pun dikenal
juga sebagai Koch Pulmonum (KP).
Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh
Mycobacterium tuberculosis :
a)
Herediter: resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkinan
diturunkan secara genetik.
b)
Jenis kelamin: pada akhir masa kanak-kanak dan remaja, angka
kematian dan kesakitan lebih banyak terjadi pada anak perempuan.
c)
Usia : pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi.
d)
Pada masa puber dan remaja dimana masa pertumbuhan yang cepat,
kemungkinan infeksi cukup tingggi karena diit yang tidak adekuat.
e)
Keadaan stress: situasi yang penuh stress (injury atau penyakit,
kurang nutrisi, stress emosional, kelelahan yang kronik).
f)
Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang menekan reaksi inflamasi
dan memudahkan untuk penyebarluasan infeksi.
g)
Anak yang mendapat terapi kortikosteroid kemungkinan terinfeksi
lebih mudah. h) Nutrisi ; status nutrisi kurang i) Infeksi berulang : HIV,
Measles, pertusis. j) Tidak mematuhi aturan pengobatan.
MASA INKUBASI
Masa inkubasi
mikobacterium tuberculosa sejak masuk sampai terjadinya lesi primer, umumnya
memerlukan waktu empat
sampai enam minggu. Interval antara infeksi primer dan reinfeksi bisa
beberapa tahun.
PATOFISIOLOGI
Sumber penularan TB Paru
adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk/bersin, penderita menyebarkan
kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung
kuman dapat bertahan hidup di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang
dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan
kemudian menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran
darah, sistem saluran limfe, saluran nafas atau penyebaran langsung ke bagian
tubuh lain (Dep.Kes, 2003).
Riwayat terjadinya TB paru
dibedakan menjadi 2 (Dep.Kes, 2003) :
1) Infeksi Primer,Infeksi
primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TB Paru.
Droplet yang terhirup ukurannya sangat kecil, sehingga dapat melewati
mukosilier bronkus, dan terus berjalan hingga sampai di alveolus, menurut dan
menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TB Paru berhasil berkembang biak
dengan cara membelah diri di paru, yang mengakibatkan peradangan pada paru, dan
ini disebut komplek primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan
komplek primer adalah sekitar 4-6 minggu. Kelanjutan setelah infeksi primer
tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan
(imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat
menghentikan perkembangan kuman TB Paru. Meskipun demikian, ada beberapa kuman
akan menetap sebagai kuman persisten atau dormant (tidur), kadang-kadang daya
tahan tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam
beberapa bulan yang bersangkutan akan menjadi penderita TB Paru. Masa inkubasi,
yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan
sekitar 6 bulan.
2) Infeksi pasca primer (Post
Primary TB), TB Paru pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau
tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat
terinfeksi HIV atau status gizi buruk. Ciri khas dari TB Paru pasca primer
adalah kerusakan Paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.
Tanpa pengobatan setelah 5 tahun, 50 % dari penderita TB Paru akan meninggal,
25 % akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi dan 25 % sebagai kasus
kronik yang tetap menular.
Manifestasi Klinik Menurut Dep.Kes( 2003),
manifestasi klinik TB Paru dibagi :
1)
Gejala Umum: Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu
atau lebih. Pada TB Paru anak terdapat pembesaran kelenjar limfe superfisialis.
2)
Gejala lain yang sering dijumpai:
·
Dahak bercampur darah.
·
Batuk darah.
·
Sesak nafas dan rasa nyeri dada.
·
Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang
enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang
lebih dari sebulan.
Gejala-gejala tersebut
diatas dijumpai pula pada penyakit Paru selain TB Paru. Oleh karena itu setiap
orang yang datang ke unit pelayanan kesehatan dengan gejala tersebut diatas,
harus dianggap sebagi seorang “suspek TB Paru” atau tersangka penderita TB
Paru, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.
Penemuan Penderita TB Paru
Menurut Dep.Kes (2003),
penemuan penderita TB Paru dibedakan menjadi 2:
1.
Pada orang dewasa: Penemuan TB Paru dilakukan secara pasif,
artinya penjaringan tersangka penderita dilaksanakan pada mereka yang datang
berkunjung ke unit pelayanan kesehatan. Diagnosis TB Paru pada orang dewasa
dapat ditegakkan dengan ditemukannya BTA pada pemeriksaan dahak secara
mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif bila sedikitnya dua dari tiga
spesimen BTA hasilnya positif.
2.
Pada anak-anak: Diagnosis paling tepat adalah dengan
ditemukannya kuman TB dari bahan yang diambil dari penderita, misalnya dahak,
bilasan lambung, dan biopsi. Sebagian besar diagnosis TB anak didasarkan atas
gambaran klinis, gambaran foto rontgen dada dan uji tuberkulin. Seorang anak
harus dicurigai menderita TB Paru kalau mempunyai sejarah kontak erat/serumah
dengan penderita TB Paru BTA positif, terdapat reaksi kemerahan cepat setelah
penyuntikan BCG (dalam 3-7 hari) dan terdapat gejala umum TB paru yaitu batuk
lebih dari 2 minggu.
Penegakan Diagnosis pada
TBC
Apabila seseorang
dicurigai menderita atau tertular penyakit TBC, Maka ada beberapa hal
pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk memeberikan diagnosa yang tepat antara
lain :
·
Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.
·
Pemeriksaan fisik secara langsung.
·
Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).
·
Pemeriksaan patologi anatomi (PA).
·
Rontgen dada (thorax photo).
·
dan Uji tuberkulin.
CARA PENULARAN PENYAKIT
TBC
Penularan penyakit TBC
adalah melalui udara yang tercemar oleh Mikobakterium tuberkulosa yang
dilepaskan/dikeluarkan oleh si penderita TBC saat batuk, dimana pada anak-anak
umumnya sumber infeksi adalah berasal dari orang dewasa yang menderita TBC.
Bakteri ini masuk kedalam paru-paru dan berkumpul hingga berkembang menjadi
banyak (terutama pada orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah), Bahkan
bakteri ini pula dapat mengalami penyebaran melalui pembuluh darah atau
kelenjar getah bening sehingga menyebabkan terinfeksinya organ tubuh yang lain
seperti otak, ginjal, saluran cerna, tulang,
kelenjar getah bening dan
lainnya meski yang paling banyak adalah organ paru.
Masuknya Mikobakterium
tuberkulosa kedalam organ paru menyebabkan infeksi pada paru-paru, dimana
segeralah terjadi pertumbuhan koloni bakteri yang berbentuk bulat (globular).
Dengan reaksi imunologis, sel-sel pada dinding paru berusaha menghambat bakteri
TBC ini melalui mekanisme alamianya membentuk jaringan parut. Akibatnya bakteri
TBC tersebut akan berdiam/istirahat (dormant) seperti yang tampak sebagai
tuberkel pada pemeriksaan X-ray atau photo rontgen.
Seseorang dengan kondisi
daya tahan tubuh (Imun) yang baik, bentuk tuberkel ini akan tetap dormant
sepanjang hidupnya. Lain hal pada orang yang memilki sistem kekebelan tubuh
rendah atau kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga
tuberkel bertambah banyak. Sehingga tuberkel yang banyak ini berkumpul
membentuk sebuah ruang didalam rongga paru, Ruang inilah yang nantinya menjadi
sumber produksi sputum (riak/dahak). Maka orang yang rongga parunya memproduksi
sputum dan didapati mikroba tuberkulosa disebut sedang mengalami pertumbuhan
tuberkel dan positif terinfeksi TBC.
Berkembangnya penyakit TBC
di Indonesia ini tidak lain berkaitan dengan memburuknya kondisi sosial
ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat,
meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya
epidemi dari infeksi HIV. Hal ini juga tentunya mendapat pengaruh besar dari
daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman yang memegang
peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.
TINGKAT
KEGANASAN
WHO melaporkan adanya 3
juta orang mati akibat TBC tiap tahun dan diperkirakan 5000 orang tiap harinya.
Tiap tahun ada 9 juta penderita TBC baru dan 75% kasus kematian dan kesakitan
di masyarakat diderita oleh orang-orang pada umur produktif dari 15 sampai 54
tahun. Dinegara-negara miskin kematian TBC merupakan 25% dari seluruh kematian
yang sebenarnya dapat dicegah. Daerah Asia Tenggara menanggung bagian yang
terberat dari beban TBC global yakni sekitar 38% dari kasus TBC dunia. Dengan
munculnya HIV/AIDS di dunia, diperkirakan penderita TBC akan meningkat.
Di Indonesia hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 1995 menunjukan bahwa penyakit TBC
merupakan penyebab kematian nomor tiga (3) setelah penyakit kardiovaskuler dan
penyakit saluran pernafasan pada semua kelompok umur, dan nomor satu (1) dari
golongan penyakit infeksi. WHO 1999 memperkirakan setiap tahun terjadi 583.000
kasus baru dengan kematian sekitar 140.000.
Penyakit TBC dapat
menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya) dan
dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus
baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh
TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di
dunia.
Penyakit TBC tidak hanya
merupakan persoalan individu tapi sudah merupakan persoalan masyarakat.
Kesakitan dan kematian akibat TBC mempunyai konsekuensi yang signifikan
terhadap permasalahan ekonomi baik individu, keluarga, masyarakat, perusahaan
dan negara.
PENCEGAHAN
Kegiatan penanggulangan
TBC di tempat kesja meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif.
1. Upaya Promotif
Peningkatan
pengetahuan pekerja tentang penanggulangan TBC di tempat kerja melalui pendidikan & pelatihan petugas
pemberi pelayanan kesehatan di tempat kerja, penyuluhan, penyebarluasan informasi,
peningkatan kebugaran jasmani, peningkatan kepuasan kerja, peningkatan gizi
kerja
2. Upaya preventif
Adalah upaya untuk mencegah timbulnya penyakit atau kondisi yang
memperberat penyakit TBC.
Pencegahan
Primer
Pencegahan primer merupakan upaya yang dilaksanakan untuk mencegah
timbulnya penyakit pada populasi yang sehat.
·
Pengendalian melalui perundang-undangan (legislative control)
·
Undang-Undang No. 14 tahun 1969 Tentang ketentuan-ketentuan pokok
tenaga kerja.
·
Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan kerja
·
Undang-Undang No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan
·
Peraturan Menteri Kesehatan tentang hygiene dan saniasi lingkungan
Pengendalian melalui administrasi/organisasi (administrative control)
Pesyaratan penerimaan tenaga kerja
·
Pencatatan pelaporan Monitoring dan evaluasi
Pengendalian
secara teknis (engineering control), antara lain :
·
Sistem ventilasi yang baik
·
Pengendalian lingkungan keja
Pengendalian melalui jalur kesehatan (medical control), antara
lain :
·
Pendidikan kesehatan : kebersihan perorangan, gizi kerja,
kebersihan lingkungan, cara minum obat dll.
·
Pemeriksaan kesehatan awal, berkala & khusus (anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium rutin, tuberculin test)
·
Peningkatan gizi pekerja
·
Penelitian kesehatan
Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalan
upaya untuk menemukan penyakit TBC sedini mungkin mencegah meluasnya penyakit,
mengurangi bertambah beratnya penyakit, diantaranya :
·
Pengawasan dan penyuluhan untuk mendorong pasien TBC bertahan pada
pengobatan yang diberikan (tingkat kepatuhan) dilaksanakan oleh seorang
“Pengawas Obat” atau juru TBC
·
Pengamatan langsung mengenai perawatan pasien TBC di tempat kerja
·
Case-finding secara aktif, mencakup identifikasi TBC pada orang
yang dicurigai dan rujukan pemeriksaan dahak dengan mikroskopis secara berkala.
·
Membuat “Peta TBC”, sehingga ada gambaran lokasi tempat kerja yang
perlu prioritas penanggulangan TBC bagi pekerja.
·
Pengelolaan logistic
3. Upaya kuratif dan
rehabilitatif
Adalah upaya pengobatan
penyakit TBC yang bertujuan untuk menyembuhkan penderita, mencegah kematian,
mencegah kekambuhan dan menurunkan tingkat penularan.
Obat TBC diberikan dalam
bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup dan dosis yang tepat
selama 6-8 bulan dengan menggunakan OAT standar yang direkomendasikan oleh WHO
dan IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease).
Pelaksanaan minum obat & kemajuan hasil pengobatan harus dipantau. Agar
terlaksananya program penanggulangan TBC ditempat kerja perlu adanya komitmen
dari pimpinan perusahaan / tempat kerja dan kerjasama dengan semua pihak
terkait untuk melaksanakan Program Penanggulangan TBC didukung dengan
ketersediaan dana, sarana dan tenaga yang professional.
Keberhasilan pengobatan
TBC tergantung dari kepatuhan penderita untuk minum OAT yang teratur. Dalam hal
ini, PMO di tempat kerja akan sangat membantu kesuksesan Penanggulangan TBC di
tempat kerja. Pengobatan bagi penderita penyakit TBC akan menjalani proses yang
cukup lama, yaitu berkisar dari 6 bulan sampai 9 bulan atau bahkan bisa lebih.
Penyakit TBC dapat disembuhkan secara total apabila penderita secara rutin
mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan dokter dan memperbaiki daya tahan
tubuhnya dengan gizi yang cukup baik.
Selama proses pengobatan,
untuk mengetahui perkembangannya yang lebih baik maka disarankan pada penderita
untuk menjalani pemeriksaan baik darah, sputum, urine dan X-ray atau rontgen
setiap 3 bulannya. Adapun obat-obtan yang umumnya diberikan adalah Isoniazid dan rifampin sebagai
pengobatan dasar bagi penderita TBC, namun karena adanya kemungkinan resistensi
dengan kedua obat tersebut maka dokter akan memutuskan memberikan tambahan obat
seperti pyrazinamide dan
streptomycin sulfate atau ethambutol HCL sebagai satu kesatuan yang
dikenal 'Triple Drug'.
DAFTAR PUSTAKA
Tambayon,Jan. 2000. Mikrobiologi. Jakarta : Widya Medika.
www.tuberculosis.net.
Diakses pada tanggal 6 maret 2010
www.medicinenet.com
Diakses pada tanggal 6 maret 2010
Artikelnya keren dan bermanfaat bagi banyak orang,,,di klik juga ya Artikel kesehatan terbaru
BalasHapusSangat membantu.terima kasih
BalasHapus